TEMPO.CO, Jakarta - Enam orang asal Sri Lanka, termasuk seorang ibu dan empat anak kecil, ditikam hingga tewas di ibu kota Kanada, Ottawa, pada Rabu malam, 6 Maret 2024. Pembunuhan massal ini mendapat perhatian Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau. Ia mengatakan merasa ngeri dengan tragedi pembunuhan tersebut. Ayah dari keluarga itu juga terluka dalam serangan tersebut dan kini berada di rumah sakit.
Polisi mengatakan pelakunya adalah Febrio De-Zoysa, seorang pelajar laki-laki berusia 19 tahun dari Sri Lanka. Pelaku telah ditangkap dan didakwa dengan enam tuduhan pembunuhan tingkat pertama dan satu percobaan pembunuhan. De-Zoysa mengenal keluarga itu dan pernah tinggal di rumah tersebut, kata mereka.
Korban tewas adalah seorang perempuan berusia 35 tahun dan anak-anaknya yang berusia tujuh, empat, dua, dan dua bulan, serta seorang laki-laki berusia 40 tahun yang merupakan kenalan keluarga tersebut.
“Ini adalah tindakan kekerasan tidak masuk akal yang dilakukan terhadap orang-orang yang tidak bersalah,” kata kepala polisi Ottawa Eric Stubbs pada konferensi pers yang disiarkan televisi. Polisi mengatakan mereka belum pernah berurusan dengan tersangka atau keluarganya sebelumnya.
Walikota Ottawa Mark Sutcliffe, dalam sebuah postingan di media sosial, mengatakan bahwa ini adalah salah satu insiden kekerasan paling mengejutkan dalam sejarah di kota itu.
Ottawa, yang berpenduduk 1 juta jiwa, mengalami 14 pembunuhan pada tahun 2023 dan 15 pembunuhan pada tahun 2022.
Korban pada hari Rabu ditemukan di dalam sebuah rumah di pinggiran barat daya Barrhaven. Polisi tiba di tempat kejadian setelah panggilan darurat sesaat sebelum jam 11 malam pada hari Rabu.
Pembunuhan massal di Kanada jarang terjadi. Pada bulan Desember 2022, seorang pria menembak lima orang di pinggiran kota Toronto sebelum ditembak mati oleh polisi.
Pada bulan September tahun itu, seorang pria menikam dan membunuh 11 orang di provinsi barat Saskatchewan. Dia meninggal karena overdosis kokain tak lama setelah ditangkap.
REUTERS
Pilihan editor: Hari Perempuan Internasional: Ribuan Perempuan Palestina Dibunuh dan Haknya Dirampas