TEMPO.CO, Jakarta - Hamas menyerukan warga Palestina pada Rabu, 28 Februari 2024, untuk bergerak ke Masjid Al Aqsa di Yerusalem pada awal Ramadan bulan depan, meningkatkan pertaruhan dalam negosiasi gencatan senjata di Gaza, yang diharapkan oleh Presiden AS Joe Biden akan terjadi pada saat itu.
Seruan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh menyusul komentar Biden, yang disiarkan pada Selasa, bahwa ada kesepakatan prinsip untuk gencatan senjata antara Israel dan Hamas selama Ramadan, sementara sandera yang ditahan oleh militan akan dibebaskan.
Biden mengatakan bahwa ia berharap kesepakatan semacam itu, yang menurut sebuah sumber juga akan memungkinkan lebih banyak bantuan masuk ke daerah kantong Palestina yang sedang dilanda konflik dan pembebasan para tahanan Palestina, dapat diselesaikan pada 4 Maret. Bulan suci Ramadan diperkirakan akan dimulai pada malam 10 Maret.
Baik Israel maupun Hamas telah mengecilkan prospek gencatan senjata dan mediator Qatar mengatakan bahwa isu-isu yang paling diperdebatkan masih belum terselesaikan.
Israel mengatakan pada Senin bahwa mereka akan mengizinkan salat Ramadan di Masjid Al Aqsa di Yerusalem, namun menetapkan batas-batas sesuai dengan kebutuhan keamanan, sehingga memungkinkan terjadinya bentrokan apabila kerumunan orang Palestina muncul dan kekerasan di Gaza masih berkecamuk.
"Ini adalah seruan bagi rakyat kami di Yerusalem dan Tepi Barat untuk bergerak menuju Al Aqsa sejak hari pertama Ramadan," kata Haniyeh, yang menggambarkan serangan Hamas pada 7 Oktober lalu ke Israel sebagai sebuah langkah untuk mengakhiri serangan Israel ke wilayah dan situs-situs Palestina.
Dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi, ia mengatakan bahwa Hamas menunjukkan fleksibilitas dalam negosiasi dengan Israel, namun pada saat yang sama siap untuk terus berperang. Israel telah mengatakan bahwa kesepakatan apa pun dengan Hamas akan mengharuskan kelompok tersebut untuk membatalkan "tuntutan-tuntutan yang tidak masuk akal".
Hamas sedang mempertimbangkan sebuah proposal, yang disetujui oleh Israel dalam pembicaraan dengan para mediator di Paris minggu lalu, untuk gencatan senjata selama 40 hari, yang akan menjadi gencatan senjata yang diperpanjang untuk pertama kalinya dalam perang yang telah berlangsung selama lima bulan ini. Kedua belah pihak memiliki delegasi di Qatar minggu ini untuk merundingkan rinciannya.
Sumber senior yang dekat dengan perundingan tersebut mengatakan pasukan Israel akan menarik diri dari daerah berpenduduk berdasarkan perjanjian tersebut. Namun hal ini tampaknya tidak memenuhi permintaan Hamas untuk mengakhiri perang secara permanen dan penarikan pasukan Israel, atau menyelesaikan nasib para pria Israel yang berada dalam usia tempur di antara mereka yang ditahan oleh Hamas.