TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan pada Senin bahwa dia berharap akan ada gencatan senjata di Gaza pada minggu depan.
“Harapan saya adalah Senin depan kita akan mengadakan gencatan senjata,” kata Biden menanggapi pertanyaan wartawan saat dia berada di Kota New York.
“Penasihat keamanan nasional saya mengatakan kepada saya bahwa kita sudah dekat, tapi belum selesai,” katanya.
Pernyataan Biden, meski belum dikonfirmasi Gedung Putih, dinilai cukup signifikan. Pernyataan ini dilontarkan beberapa jam sebelum pemilihan awal di Michigan, negara bagian dengan populasi Arab-Amerika terbesar di negara tersebut.
Sejumlah pemilih dari kelompok Arab-Amerika telah menegaskan bahwa mereka tidak akan memilih kembali Biden karena pengkhianatannya terhadap warga Palestina di Gaza.
Berbeda dengan Donald Trump, capres Republik yang tidak pernah menyatakan dukungan terhadap Palestina, Biden selama ini dinilai mendukung penderitaan mereka.
Namun, genosida Israel sejak 7 Oktober dengan bantuan senjata dan bom dari AS menunjukkan bahwa Biden tidak berbeda dengan Trump.
Gedung Putih telah berupaya melakukan perundingan gencatan senjata di tengah meningkatnya tekanan dari kelompok progresif dan sekutu Palestina.
NBC News melaporkan bahwa Qatar memediasi pembicaraan antara Israel dan Hamas minggu ini, dan negosiasi gencatan senjata telah dilakukan antara pejabat AS, Israel, Qatar dan Mesir di Paris.
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan pada Minggu bahwa para perwakilan “mencapai pemahaman” tentang “kontur dasar kesepakatan penyanderaan untuk gencatan senjata sementara.”
“Harus ada diskusi tidak langsung antara Qatar dan Mesir dengan Hamas, karena pada akhirnya, mereka harus setuju untuk melepaskan para sandera,” kata Sullivan dalam sebuah wawancara dengan CNN.
Namun, Sullivan menolak untuk mengungkapkan secara spesifik karena kesepakatan tersebut masih dinegosiasikan.
“Negosiasi sedang berlangsung, dan kami berharap dalam beberapa hari mendatang kami dapat mencapai titik di mana terdapat kesepakatan yang tegas dan final mengenai masalah ini, namun kami harus menunggu dan melihat.”
Militer Israel merencanakan serangan darat di Rafah, tempat sekitar 1,5 juta orang mengungsi. Sebelumnya pada Senin, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa militer telah mengusulkan rencana untuk memindahkan paksa warga sipil Palestina. Langkah ini disebut banyak pihak merupakan pembersihan etnis, sebuah kejahatan perang.
Sebelumnya pada Senin, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan bahwa jika ada gencatan senjata sementara, Israel “akan terus berperang sampai sandera terakhir kembali.”
Serangan Israel dimulai pada 7 Oktober ketika Hamas menyerang Israel, di mana 1.140 orang terbunuh dan 200 orang diculik, menurut pemerintah Israel. Hampir 30.000 orang di Gaza telah terbunuh sejak itu, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Selama gencatan senjata selama seminggu sebelumnya yang berakhir pada 1 Desember, lebih dari 100 sandera yang ditahan di Gaza dibebaskan dan ditukar dengan 240 tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel.
Pilihan Editor: Cina Desak AS Dukung Gencatan Senjata di Gaza
REUTERS | NBC NEWS