TEMPO.CO, Jakarta - Israel menghadapi tekanan internasional yang semakin besar pada Rabu, 14 Februari 2024, untuk menunda serangan yang direncanakan terhadap tempat perlindungan terakhir bagi pengungsi Palestina di Gaza selatan setelah perundingan gencatan senjata di Kairo berakhir tidak meyakinkan.
Para pejabat mengatakan perundingan Selasa bersifat konstruktif dan akan terus berlanjut, namun tidak adanya terobosan segera memicu kekhawatiran di antara ratusan ribu orang yang memadati Rafah bahwa Israel akan segera menyerbu kota di perbatasan dengan Mesir.
Militer Israel mengatakan pihaknya ingin mengusir militan Islam dari tempat persembunyiannya di Rafah dan membebaskan sandera yang ditahan di sana setelah Hamas mengamuk di Israel pada 7 Oktober, namun belum memberikan rincian mengenai usulan rencana untuk mengevakuasi warga sipil.
"Berita ini mengecewakan, kami berharap bisa ada kesepakatan yang dicapai di Kairo. Kami sekarang menghitung mundur hari-hari sebelum Israel mengirimkan tank. Kami berharap mereka tidak melakukannya, tapi siapa yang bisa mencegahnya?" Said Jaber, seorang pengusaha Gaza yang berlindung di Rafah bersama keluarganya, mengatakan kepada Reuters melalui aplikasi chat.
Richard Peeperkorn, perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia untuk Gaza dan Tepi Barat, mengatakan serangan terhadap Rafah akan menjadi "bencana yang tak terduga... dan bahkan akan memperluas bencana kemanusiaan yang melampaui imajinasi."
Israel mengatakan pihaknya mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan korban sipil dan menuduh pejuang Hamas bersembunyi di antara warga sipil, termasuk di rumah sakit dan tempat penampungan – sesuatu yang dibantah oleh kelompok militan tersebut.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan orang-orang di Rafah yang tidak punya tempat tujuan "tidak bisa hilang begitu saja".
“Mereka membutuhkan tempat-tempat yang aman dan koridor-koridor yang aman untuk menghindari lebih banyak lagi terjebak dalam baku tembak,” katanya sebelum melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Penembakan Tengah Malam
Pasukan Israel menembaki wilayah timur Rafah semalaman, dan menggempur beberapa wilayah Khan Younis di Gaza selatan, kata warga.
Kementerian Kesehatan di daerah kantong yang dikuasai Hamas mengatakan pasukan Israel terus mengisolasi dua rumah sakit utama di Khan Younis, dan tembakan penembak jitu di Rumah Sakit Nasser di kota tersebut telah menewaskan dan melukai banyak orang dalam beberapa hari terakhir.
Serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di kamp pengungsi Al-Nusseirat di Gaza tengah menewaskan enam orang, kata pejabat kesehatan.
Setidaknya 28.576 warga Palestina telah terbunuh, termasuk 103 orang dalam 24 jam terakhir, dan 68.291 orang terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober, menurut kementerian kesehatan di Gaza.
Banyak orang lainnya diyakini terkubur di bawah reruntuhan bangunan yang hancur di Jalur Gaza yang padat penduduknya, yang sebagian besar masih berupa reruntuhan. Persediaan makanan, air dan kebutuhan pokok lainnya semakin menipis dan penyakit menyebar.
Setidaknya 1.200 warga Israel tewas dan sekitar 250 orang disandera dalam serangan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober, menurut penghitungan Israel.
Israel telah berjanji untuk terus berjuang sampai mereka bisa membasmi Hamas dan menjadikan kembalinya sandera terakhir sebagai prioritas. Hamas mengatakan Israel harus berkomitmen untuk mengakhiri perang dan menarik diri dari Gaza.
REUTERS
Pilihan Editor: Tanggapi Kritik Trump, NATO: Amerika Serikat Tidak Berperang Sendirian