TEMPO.CO, Jakarta - Hamas memperingatkan Israel pada hari Minggu bahwa serangan ke kota Rafah di ujung selatan Gaza, akan mengancam perundingan mengenai pembebasan sandera yang ditangkap dalam serangan 7 Oktober 2023. Rafah adalah kota yang dipenuhi pengungsi Palestina.
“Setiap serangan yang dilakukan tentara pendudukan di kota Rafah akan merusak perundingan pertukaran,” kata seorang pemimpin kelompok militan Palestina.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk memperluas operasinya ke Rafah. Netanyahu pekan ini mengatakan dia telah memberitahu pasukannya untuk bersiap memasuki kota itu, sebagai bagian dari tujuan mereka untuk menghancurkan Hamas karena melancarkan serangan mematikan di Israel selatan.
Namun Netanyahu mendapat seruan yang semakin besar untuk tidak menyerang Rafah. Sekutu utama Israel, Amerika Serikat, dan kelompok bantuan kemanusiaan telah menyuarakan keprihatinan mendalam mengenai dampaknya terhadap warga sipil yang terpaksa mengungsi.
Dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada hari Minggu, Netanyahu mengatakan kepada stasiun televisi Amerika ABC News bahwa mereka yang mendesak Israel untuk tidak masuk ke Rafah secara efektif memberikan izin kepada Hamas untuk tetap tinggal di Rafah.
Berdasarkan kutipan yang dipublikasikan, Netanyahu mengatakan operasi Rafah akan terus berjalan “sambil memberikan jalan yang aman bagi penduduk sipil sehingga mereka dapat pergi.”
Hamas menyandera sekitar 250 orang pada 7 Oktober, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel. Israel mengatakan 132 orang masih berada di Gaza tetapi 29 orang diperkirakan tewas.
Farah Muhammad, 39, ibu dari lima anak yang mengungsi dari Gaza utara, tidak tahu apa yang harus dilakukan jika pasukan pindah ke Rafah. “Tidak ada tempat untuk melarikan diri,” katanya.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menulis di X bahwa “orang-orang di Gaza tidak bisa menghilang begitu saja.”
Arab Saudi menyerukan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB, sementara Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan prioritasnya “harus segera menghentikan upaya untuk mendapatkan bantuan dan mengeluarkan sandera.”
Washington, sekutu utama dan pendukung militer Israel, juga telah memperingatkan bahwa, jika tidak direncanakan dengan baik, pengiriman pasukan ke Rafah berisiko menimbulkan “bencana.”
AL ARABIYA
Pilihan editor: Israel Hancurkan Kantor Lembaga Pers Independen Palestina