TEMPO.CO, Jakarta - Dari berbagai bentuk pemerintahan dan sistem bernegara di dunia, kesultanan menjadi salah satu yang tertua. Biasa diterapkan di kerajaan atau negara Islam, pada mulanya, sultan sama halnya dengan raja yang memerintah suatu wilayah dengan sistem monarki.
Kesultanan muncul di Timur Tengah hingga Turki dan Eropa. Pada abad pertengahan hingga abad ke-15, sistem kesultanan populer dan diterapkan juga di sejumlah kerajaan Islam di nusantara. Tercatat dalam sejarah, sejumlah kesultanan seperti Samudera Pasai, Kesultanan Banten dan banyak lainnya.
Namun saat ini sistem kesultanan tidak sebanyak zaman dulu. Berkembangnya sistem demokrasi, trias politika membuat kesultanan kurang populer. Meskipun masih diterapkan, peran dan fungsinya tak sekuat dulu. Bahkan ada yang hanya sebagai pemangku budaya. Saat ini, ada beberapa kesultanan yang masih bertahan. Dilansir dari berbagai sumber, inilah sejumlah sultan yang masih ada hingga saat ini.
1. Sultan Malaysia
Malaysia merupakan negara monarki konstitusional, dengan sembilan sultan atau pemimpin, yang mengepalai negara bagian masing-masing dan bertindak sebagai pemimpin keagamaan. Setiap sultan akan secara bergiliran menjabat sebagai raja untuk masa jabatan lima tahun.
Kini Malaysia dipimpin oleh Sultan Ibrahim Sultan Iskandar. Ia baru saja dilantik sebagai Raja Malaysia ke-17 dalam sebuah upacara di istana nasional Malaysia di Kuala Lumpur. pada Rabu 31 Januari 2024. Dia menggantikan Al-Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah, yang akan kembali memimpin negara bagian asalnya, Pahang, pada akhir masa jabatan lima tahunnya sebagai raja.
Sementara wakilnya untuk lima tahun kedepan diisi oleh Sultan Nazrin Shah dari Negara Bagian Perak.
Ibrahim Iskandar mengucapkan sumpah jabatannya di istana nasional, Kuala Lumpur dan menandatangani instrumen proklamasi jabatan, dalam sebuah upacara yang disaksikan oleh keluarga kerajaan lainnya, termasuk Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim dan anggota Kabinet.
Penunjukan Sultan Ibrahim dilakukan setelah pendahulunya, Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah dari Negara Bagian Pahang, menyelesaikan masa jabatannya.
2. Sultan Oman
Saat ini Haitham bin Tariq al-Said menjadi sultan untuk Oman. Ia menggantikan Sultan Qaboos bin Said yang wafat dan dilantik menjadi sultan pada 11 Januari 2020. Sebelum menjadi sultan ia adalah Mantan menteri kebudayaan dan sepupu dari Sultan Qaboos. Haitham bin Thariq bin Taimur Al Bu Sa'id lahir dari keluarga Kesultanan Oman, ayahnya Thariq bin Taimur Al Bu Sa'id merupakan Perdana Menteri Oman pada 1970-1972.
Pada saat pelantikannya ia menyerukan upaya untuk mengembangkan produsen minyak yang relatif kecil, melanjutkan jalur pendahulunya Sultan Qaboos bin Said yang meninggal. Sultan Haitham bin Tariq juga menyerukan upaya untuk mengembangkan negara penghasil minyak yang relatif kecil dan berjanji untuk terus bekerja untuk meningkatkan standar hidup rakyat Oman.
3. Sultan Brunei Darussalam
Brunei Darussalam memiliki sultan Hassanal Bolkiah. Sultan Hassanal Bolkiah naik tahta pada 5 Oktober 1967 setelah ayahnya, Al-Marhum Sultan Haji Omar Ali Saifuddien Sa'adul Khairi Waddien turun tahta secara sukarela. Ia dikenal sebagai sultan yang kaya.
Terlihat dari pengeluarannya untuk mobil mahal masing-masing hingga 10 juta poundsterling (Rp 186 miliar), portofolio properti bernilai miliaran poundsterling dan jet pribadi lengkap dengan peralatan bersapuh emas. Pada 2019 kekayaan pribadi Sultan Hassanal Bolkiah ditaksir 15 miliar poundsterling atau Rp 280 triliun, menjadikan sultan Brunei itu sebagai raja terkaya kedua di dunia setelah Raja Thailand dengan pendapatan Rp 425 triliun
4. Sultan Jogja
Sri Sultan Hamengku Bawono X telah menjadi sultan sejak 7 Maret 1989. Dikutip dari laman Kraton Jogja, Sri Sultan Hamengku Bawono X memiliki nama asli Bendara Raden Mas (BRM) Herjuno Darpito. Ia lahir di Yogyakarta pada 2 April 1946.
Pada 2 Oktober 1988 Sri Sultan Hamengku Buwono IX wafat. Ia kemudian menjadi calon paling tepat untuk menjadi Sultan berikutnya. Proses suksesi ini menjadi hal yang baru dalam sejarah Keraton Yogyakarta. Pada era sebelumnya, setiap Sultan yang akan dilantik harus mendapat persetujuan dari Belanda.
5. Sultan Cirebon
Pangeran Handi merupakan raja di Keraton Kaprabonan, Cirebon, Jawa Barat. Ia menggantikan kakaknya Sultan Pangeran Hempi Raja Kaprabon X yang meninggal dunia pada Juli 2021 lalu. Ia kini memegang tahta kerajaan ke-XI di Kasultanan Kaprabonan.
Proses pengangkatan sultan atau dikenal dengan istilah jumenengan dilakukan di Omah Kulon, salah satu bangunan yang ada di dalam Keraton Kasepuhan Cirebon. Jumenengan dilakukan terbatas dan hanya di lingkungan keluarga.
YOLANDA AGNE | EKA YUDHA SAPUTRA
Pilihan Editor: Sultan Ibrahinm dari Johor Resmi Dilantik jadi Raja Malaysia