TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga para sandera Hamas melakukan protes dengan menyerbu sidang komite parlemen Israel di Kota Yerusalem pada Senin, 22 Januari 2024 untuk menuntut parlemen agar melakukan upaya lebih keras dalam membebaskan para sandera. Salah satu keluarga sandera adalah seorang perempuan yang membawa foto tiga anggota keluarganya.
“Satu saja (dari tiga anggota keluarga) yang saya ingin dia kembali dalam keadaan hidup, satu dari tiga!” seru wanita tersebut setelah menerobos diskusi Komite Keuangan Knesset.
Keluarga sandera lainnya, yang mengenakan kaus hitam, mengacungkan tanda bertuliskan “Anda tidak akan duduk di sini sementara mereka mati di sana.” Para keluarga sandera lantas berteriak, “Lepaskan mereka sekarang, sekarang, sekarang!”
Kelompok Hamas awalnya menyandera 253 orang dalam serangan lintas batas pada 7 Oktober 2023. Menurut Israel seperti dikutip Times of Israel, sekarang tersisa 132 sandera yang belum dibebaskan, sementara yang lain telah dipulangkan selama gencatan sementara pada November 2023. Sebanyak 28 orang sandera dikatakan tewas saat masih disandera.
Amerika Serikat, Qatar dan Mesir sedang kesulitan menjembatani permintaan Israel dan Hamas. Israel ingin menumpas kelompok Hamas, sementara Hamas menuntut Israel membebaskan ribuan tahanan Palestina dari penjara, termasuk beberapa milisi senior.
Petugas keamanan parlemen yang biasanya mengusir pengunjuk rasa, hanya diam ketika keributan terjadi di Komite Keuangan Knesset. Ketua panel Moshe Gafni, yang juga merupakan ketua partai Yahudi ultra-Ortodoks Taurat Yudaisme Bersatu dalam koalisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, berdiri dan menghentikan pertemuan yang sedang berlangsung. Dia berupaya menenangkan para keluarga sandera yang protes.
“Menebus tawanan adalah ajaran paling penting dalam Yudaisme, terutama dalam hal ini, di mana ada urgensi untuk melestarikan kehidupan. Mundur dari koalisi tidak akan menghasilkan apa-apa,” kata Gafni.
Netanyahu pada Minggu, 21 Januari 2024, menolak syarat yang diajukan Hamas yakni agar perang diakhiri, tahanan warga Palestina dibebaskan, Israel mundur sepenuhnya dari Gaza dan membiarkan Hamas kembali berkuasa di wilayah kantong tersebut.
Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang menuntut agar Perdana Menteri Netanyahu dengan jelas menyatakan bahwa tidak akan meninggalkan warga sipil, tentara, dan orang lain yang diculik dalam bencana Oktober 2023.
“Jika perdana menteri memutuskan mengorbankan para sandera, maka dia harus menunjukkan kepemimpinannya dan secara jujur menyatakan posisinya kepada masyarakat Israel,” demikian pernyataan forum itu.
Unjuk rasa di depan rumah Netanyahu
Sebelumnya, keluarga para sandera juga sempat berunjuk rasa pada Minggu sore, 21 Januari 2024, di depan rumah Perdana Menteri Netanyahu di Jalan Azza, Yerusalem. Mereka mendesak upaya pembebasan segera.
Demonstrasi tersebut diselenggarakan oleh Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang, yang berusaha meminta pertanggungjawaban pemerintah namun juga tidak ingin mengecam pemerintah secara langsung. Para demonstran berkerumun, melambai-lambaikan poster dengan wajah dan nama orang-orang yang masih disandera Hamas, sambil berteriak: “Kabinet bertanggung jawab atas nyawa para sandera!”
Usai orasi, keluarga para sandera mendirikan tenda di area sekitar rumah Netanyahu. Menurut juru bicara forum, Haim Rubinstein, mereka berniat tinggal di tenda sampai perdana menteri menyetujui kesepakatan untuk mengembalikan para sandera. Di samping tenda terdapat poster yang menyerukan pembebasan para sandera. Salah satu tulisan di tengah berbunyi: “Kami mencintai anak-anak kami lebih dari kami membenci Hamas.”
TIMES OF ISRAEL | REUTERS
Pilihan editor: Minoritas Muslim di India Akan Bangun Masjid di Kota Ayodhya
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini