TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina meraih masa jabatan keempat berturut-turut seperti yang diperkirakan, dengan partainya memenangkan mayoritas absolut dalam pemilihan umum, kata badan pemungutan suara pada Senin, 8 Januari 2024, di tengah rendahnya jumlah pemilih dalam pemungutan suara yang diboikot oleh oposisi utama.
Oposisi utama Partai Nasionalis Bangladesh (BNP), yang berpartisipasi dalam pemilu 2018 tetapi tidak ikut pemilu pada 2014, memboikot pemilu tersebut setelah Hasina menolak tuntutan mereka untuk mengundurkan diri dan mengizinkan otoritas netral untuk menjalankan pemilu.
Putri dari Sheikh Mujibur Rahman, bapak pendiri Bangladesh yang terbunuh dalam kudeta militer pada 1975 bersama dengan sebagian besar anggota keluarganya, Hasina, 76, pertama kali menjadi perdana menteri pada 1996. Ini akan menjadi masa jabatannya yang kelima secara keseluruhan.
Dalam 15 tahun masa kekuasaannya, ia telah dipuji karena mampu membalikkan perekonomian dan industri garmen besar-besaran, serta mendapat pujian internasional karena melindungi Muslim Rohingya yang melarikan diri dari penganiayaan di negara tetangga, Myanmar.
Sebagian besar warga Bangladesh tidak ikut serta dalam pemilu Minggu, yang diwarnai dengan kekerasan. Ketua KPU Kazi Habibul Awal mengatakan jumlah pemilih mencapai sekitar 40% ketika pemungutan suara ditutup, dibandingkan dengan lebih dari 80% pada pemilu terakhir pada 2018.
Partai Liga Awami yang berkuasa memenangkan 167 kursi dari 227 kursi dan hasil sisa kursi masih harus diumumkan, menurut hasil tidak resmi yang dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum.
Hasina sendiri mengantongi 249.962 suara dari daerah pemilihannya Gopalganj, sekitar 165 kilometer selatan ibu kota Dhaka, sementara saingan terdekatnya hanya memperoleh 469 suara.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia memperingatkan akan adanya pemerintahan satu partai oleh Liga Awami pimpinan Hasina di negara Asia Selatan berpenduduk 170 juta orang itu, sementara Amerika Serikat dan negara-negara Barat, pelanggan utama industri garmen Bangladesh, telah menyerukan pemilu yang bebas dan adil, yang merupakan pemilu ke-12 sejak kemerdekaan dari Pakistan pada 1971.
“Saya mencoba yang terbaik untuk memastikan bahwa demokrasi harus berlanjut di negara ini,” kata Hasina pada Minggu setelah memberikan suaranya, dan menambahkan bahwa satu-satunya akuntabilitasnya adalah kepada warga Bangladesh.
Dia telah menginstruksikan para pemimpin partai dan pendukungnya untuk tidak melakukan prosesi kemenangan atau menikmati perayaan, kata sekretaris jenderal Liga Awami, Obaidul Quader.