TEMPO.CO, Jakarta - Penyadapan komunikasi oleh intelijen Amerika Serikat mengkonfirmasi bahwa cabang Negara Islam atau ISIS berbasis di Afghanistan melakukan dua pemboman di Iran yang menewaskan hampir 100 orang, demikin laporan Reuters mengutip dua sumber yang mengetahui penyadapan tersebut.
“Intelijennya jelas dan tidak dapat disangkal,” kata salah satu sumber, Jumat, 5 Januari 2024.
Kedua sumber, yang minta anonimitas untuk membahas masalah sensitif tersebut, mengatakan bahwa pengintaian tersebut terdiri dari beberapa penyadapan komunikasi, tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Pengumpulan intersepsi belum pernah dilaporkan sebelumnya.
Pemboman yang terjadi pada hari Rabu, merupakan yang paling mematikan di Iran sejak Revolusi Islam 1979, menambah ketegangan regional terkait perang Israel-Hamas di Gaza dan serangan kelompok Houthi yang bersekutu dengan Teheran di Yaman terhadap pelayaran komersial di Laut Merah.
ISIS pada hari Kamis mengaku bertanggung jawab atas pemboman tersebut, dengan mengatakan bahwa dua anggotanya yang mengenakan sabuk bom bunuh diri melancarkan serangan tersebut pada upacara peringatan meninggalnya Qassem Soleimani, seorang komandan militer senior yang dibunuh di Irak dalam serangan pesawat tak berawak AS pada tahun 2020.
Namun kelompok militan Muslim Sunni itu tidak menyebutkan secara spesifik bahwa afiliasinya yang berbasis di Afghanistan, yang dikenal sebagai ISIS-Khorasan (ISIS-K), bertanggung jawab atas pemboman di kota Kerman di Iran tenggara.
“AS memiliki informasi yang cukup jelas” bahwa ISIS-K melakukan serangan itu, kata sumber pertama.
Badan Intelijen CIA menolak berkomentar.
ISIS menyimpan kebencian yang besar terhadap kelompok Syiah – sekte dominan di Iran dan target serangan afiliasinya di Afghanistan.
ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan tahun 2022 terhadap tempat suci Syiah di Iran yang menewaskan 15 orang dan pemboman tahun 2017 di parlemen dan makam pendiri Republik Islam, Ayatollah Ruhollah Khomeini.
Iran pada hari Jumat mengatakan pasukan keamanan telah menangkap 11 orang yang dicurigai terlibat dalam serangan hari Rabu dan menyita alat peledak dan rompi.
Meskipun tindakan keras Taliban telah melemahkan ISIS-K dan mendorong beberapa anggotanya meninggalkan Afghanistan ke negara-negara tetangga, afiliasi tersebut terus fokus merencanakan operasi asing, kata para pejabat AS.
REUTERS
Pilihan Editor Hamas: Blinken Perlu Belajar dari Dampak Dukungan AS pada Israel 3 Bulan Ini