TEMPO.CO, Jakarta - Daniel Hagari Juru bicara pasukan pertahanan Israel (Israel Defense Forces / IDF) pada Minggu, 31 Desember 2023, memastikan Israel akan melanjutkan perang Gaza pada 2024. Israel akan merubah strategi dengan apa yang disebutnya ‘smart’ pasukan IDF, di mana lima pejabat tinggi militer telah ditarik dari medan tempur menyusul upaya Negeri Bintang Daud yang ingin mulai menghidupkan perekonomian setelah menjalankan konflik yang panjang.
“Perang membutuhkan waktu yang panjang dan kami bersiap secepatnya,” kata Hagari, yang menjelaskan menarik kembali pasukan cadangan akan berdampak cukup besar pada perekonomian dan memungkinkan Israel mendapatkan kembali kekuatan untuk operasi-operasi tahun depan dan pertempuran yang masih akan berlanjut.
Prediksi yang disampaikan Hagari itu mirip dengan pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang pada Sabtu, 30 Desember 2023, memperingatkan akan ada bulan-bulan pertempuran ke depan.
Israel menolak permohonan dunia internasional agar dilakukan sebuah gencatan senjata menyusul tingginya jumlah korban tewas di Gaza. Pengeboman oleh Negeri Bintang Daud tersebut telah menewaskan lebih dari 21.800 warga Palestina sejak Hamas melancarkan serangan mendadak ke Israel pada 7 Oktober 2023. Bukan hanya itu, tercatat ada 56 ribu warga Gaza menjadi korban luka-luka dan 85 persen dari sekitar 2.3 juta warga Gaza kehilangan tempat tinggal.
Amerika Serikat telah secara konsisten mendukung Israel dalam konflik ini, termasuk dengan memveto sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut agar dilakukan sebuah gencatan senjata. Amerika Serikat bahkan sampai silang-pendapat dengan sekutunya di kawasan timur tengah terkait masa depan Gaza.
Perdana Menteri Netanyahu mengatakan Gaza masih di bawah kendali Israel setelah peperangan, sedangkan Washington menyerukan agar Gaza dijalankan oleh Palestinian Authority sebagai sebuah langkah menuju sebuah solusi dua negara. Palestinian Authority adalah otoritas yang memimpin Tepi Barat dan Gaza sebelum Gaza akhirnya diambil alih oleh kelompok Hamas lewat pemilu pada 2007.
Pemerintah Israel dengan keras menentang pembentukan negara Palestina, sampai-sampai Netanyahu menyombongkan perannya dalam mencegah berdirinya Palestina dalam beberapa kali perundingan damai yang berlangsung selama bertahun-tahun.
Sumber: RT.com
Pilihan Editor: Mahasiswa Beasiswa HEAT Luncurkan Buku soal Korea Selatan dan Indonesia
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini