TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah survei yang dilakukan Opinium poll untuk memperingati tiga tahun keluarnya Inggris dari Uni Eropa mengungkap 54 persen responden yang merupakan warga negara Inggris meyakini Brexit telah berdampak negatif secara keseluruhan pada perekonomian negara itu. Survei yang dipublikasi pada Sabtu, 30 Desember 2023, memperlihatkan hanya 13 persen responden yang menilai Brexit berdampak baik pada Inggris.
Survei juga mengungkap sekitar 53 persen responden menilai Brexit telah melukai kemampuan Inggris dalam mengendalikan imigrasi dan 57 persen melihat ada sebuah dampak yang tidak diinginkan pada impor barang-barang dari Eropa. Ada 63 persen responden menyakini meninggalkan Uni Eropa, telah berdampak pada inflasi Inggris dan biaya hidup. Hanya 8 persen responden yang berpandangan Inggris sudah lebih baik dalam membuat kesepakatan paska-Brexit.
Lebih dari satu pertiga atau sekitar 35 persen responden meyakini keluarnya Inggris dari Uni Eropa berdampak negatif pada situasi keuangan mereka. Hanya 1 dari 10 responden yang merasa Brexit membantunya secara finansial.
Baca Juga:
Sebanyak 40 persen responden menilai Brexit telah berdampak negatif pada gaji dan upah mereka. Hanya 11 persen yang menilai Brexit ada manfaatnya pada penghasilan mereka. Sebanyak 47 persen respoden melihat dampak Brexit yang kurang menguntungkan pada layanan kesehatan mereka (National Health Service) dan hanya 9 persen yang menilai ada peningkatan positif.
“Ketidakpuasan atas bagaimana Brexit ditangani oleh pemerintah, masih berlanjut. Kegagalan bahkan dirasakan di sejumlah area yang dulu memandang positif Inggris angkat kaki dari Uni Eropa,” kata James Crouch Kepala Kebijakan dan Humas Opinium poll.
Akan tetapi, Crouch menilai Brexit tampaknya telah menjadi masalah kedua dalam pemilu Inggris berikutnya, yang menjadi prioritas para pemilih, dibanding masalah ekonomi dan National Health Service.
Inggris memutuskan angkat kaki dari Uni Eropa pada 2016 lewat referendum dengan perolehan suara yang tipis, di mana 52 persen masyarakat Inggris ingin negara itu keluar dari organisasi terbesar dari Benua Eropa tersebut. Namun sampai Januari 2020, Inggris belum benar-benar keluar dari Uni Eropa atau dua bulan sebelum Pemerintah Inggris memutuskan lock down demi melindungi masyarakat dari pandemi Covid-19 hingga mendorong perekonomian Inggris ke resesi terburuk sejak 1955.
Sumber: RT.com
Pilihan Editor: Xi Jinping Berani Lakukan Segala Cara Agar Taiwan Tak Lepas dari Cina