TEMPO.CO, Jakarta - Jepang setuju untuk menjual sejumlah rudal patriot ke Amerika Serikat, yang diharapkan bisa membantu Washington menambah jumlah stok yang menipis karena perang Ukraina yang masih berlangsung. Persetujuan itu cukup mengejutkan karena sebelumnya Jepang memberlakukan larangan ekspor militer yang diatur dalam konstitusi pacifist 1947.
Perihal penjualan senjata itu sudah dikonfirmasi Tokyo pada Jumat, 22 Desember 2023, yang sekaligus menandai ekspor persenjataan mematikan pertama Jepang sejak Perang Dunia II. Mitsubishi Heavy Industries yakni sebuah perusahaan manufaktur asal Jepang sudah mengantongi izin dari kontraktor bidang pertahanan Amerika Serikat Lockheed Martin dan RTX. Kendati Jepang tidak akan mengirimkan secara langsung sistem pencegat rudal, namun ada sejumlah hal yang memungkinkan Washington mengirimkan lebih banyak rudal-rudal patriot ke Ukraina.
“Dalam mengambil tindakan, kami berharap bisa berkontribusi mempertahankan sebuah kebebasan dan membuka perintah internasional berdasarkan aturan hukum dan mencapai perdamaian serta stabilitas di kawasan Indo-Pasifik,” kata Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.
Sedangkan Kementerian Luar Negeri Jepang menyatakan kesepakatan penjualan rudal patriot ini diharapkan bisa memperkuat aliansi Amerika Serikat dengan Jepang.
Kendati Perdana Menteri Kishida berkeras tidak ada perubahan pada prinsip JEpang sebagai sebuah negara pasifik, namun Duta Besar Amerika Serikat untuk Jepang Rahm Emanuel menyadari skope, skala dan kecepatan reformasi bidang keamanan Jepang saat ini belum pernah terjadi sebelumnya. Dia melihat Tokyo sedang menjalani sebuah modernisasi sekali dalam bidang pertahanan.
Keputusan mengekspor rudal patriot dilakukan pada hari yang sama saat kabinet Jepang menyetujui anggaran pengeluran bidang pertahanan Jepang yang naik sampai 16 persen atau menyentuh rekor tertinggi. Anggaran militer fiskal Jepang 2024 sebesar 7.95 triliun yen (Rp 863 triliun), di mana anggaran ini juga membutuhkan persetujuan dari anggota parlemen Jepang.
Sebelumnya pada Desember 2022, Perdana Menteri Kishida mengumumkan akan memembangun militernya sehingga membuat anggaran pengeluaran bidang pertahanan di Jepang terbesar yang ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Cina. Pengeluaran sebesar itu tidak pernah terfikirkan di bawah konstitusi Jepang yang ditulis Amerika Serikat, di mana Tokyo menyerahkan bukan hanya haknya untuk berperang tetapi juga memiliki senjata di luar yang dibutuhkan setidaknya untuk membela diri.
Sumber: RT.com
Pilihan Editor: Organisasi Olahraga di Selandia Baru yang Izinkan Atlet Transgender Tanding Bakal Kehilangan Pendanaan
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini