TEMPO.CO, Jakarta - Selandia Baru akan memangkas pendanaan pada organisasi-organisasi olahraga yang mengizinkan atlet transgender perempuan berkompetisi melawan atlet perempuan tulen. Setidaknya satu organisasi olagraga bersumpah akan menolak kebijakan itu.
"Mengizinkan transgender perempuan (laki-laki ke perempuan) berkompetisi di olahraga-olahraga perempuan sama dengan mengkompromikan keadilan dalam berkompetisi dan disejumlah kasus ini juga menyangkut keamanan," kata Andy Foster, juru bicara Partai Pertama Selandia Baru, Rabu, 20 Desember 2023.
Menurut Foster, sebuah kesepakatan baru antara kelompok (transgender) dan mitra-mitra koalisinya, Partai Nasional Selandia Baru, akan memastikan pendanaan dari uang publik ke organisasi-organisasi olahraga berlangsung adil dengan tidak mengkompromikan aturan soal gender. Sejumlah organisasi olahraga internasional sudah melarang atlet transgender perempuan berkompetisi melawan perempuan sebagai rival mereka. Aturan pemerintah Selandia Baru soal ini, nantinya akan melarang pula atlet transgender perempuan di level usia muda dan kompetisi amatir.
"Olahraga seperti rugby, atletik, dan tinju, Anda bisa melihat mengapa kekuatan, berat dan kecepatan adalah masalah yang nyata. Jika ada seorang atlet remaja perempuan melawan remaja laki-laki, maka anak Anda akan terluka," kata Foster menjelaskan.
Menurut Foster, aturan baru soal atlet transgender perempuan ini nantinya secara resmi akan diumumkan sebelum otoritas Selandia Baru mengucurkan uang sebesar NZ$9.3 juta (Rp 89 miliar) untuk pendanaan tahun depan. Sejumlah organisasi menolak larangan laki-laki secara biologis berpartisipasi dalam pertandingan perempuan menerima pendanaan.
"Jika ada sebuah organisasi yang mengatakan 'kami tidak ingin melakukan itu', maka itu pilihan mereka namun mereka juga tak bisa berharap para pembayar pajak mengatakan 'kami dengan senang hati mendukung Anda melakukan sesuatu, yang kami lihat tidak aman dan tidak adil'," kata Foster.
Sebuah studi memperlihatkan transgender perempuan tetap memiliki keunggulan atletik dibanding perempuan tulen, bahkan setelah atlet transgender mengkonsumsi meminum hormon-hormon perempuan. Belum lama ini, sejumlah organisasi olahraga di level internasional mengajukan persyaratan agar atlet transgender perempuan membuktikan kalau level testosteron mereka sudah turun ke level normal untuk perempuan dewasa sebelum diizinkan turun ke pertandingan. Akan tetapi, sejumlah organisasi olahraga di dunia seperti World Athletics dan the International Cycling Union memberlakukan larangan menyeluruh.
Sumber: RT.com
Pilihan Editor : Pornhub, Stripchat dan XVideos Diminta Uni Eropa Ikuti Aturan Digital Services Act
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini