TEMPO.CO, Jakarta - Untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun, perwira tinggi militer AS mengadakan pertemuan virtual dengan mitranya dari Cina pada Kamis, 21 Desember 2023, kata Pentagon, di tengah harapan para pejabat AS bahwa hal itu dapat mengarah pada pemulihan hubungan yang lebih luas antara kedua militer.
Telekonferensi video tersebut menyusul kesepakatan antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden Cina Xi Jinping bulan lalu untuk melanjutkan hubungan militer-ke-militer yang diputus oleh Beijing setelah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat saat itu Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri pada Agustus 2022.
Jenderal Angkatan Udara AS Charles Q. Brown, ketua Kepala Staf Gabungan, dan Jenderal Liu Zhenli dari Tentara Pembebasan Rakyat Cina menyinggung “sejumlah masalah keamanan global dan regional,” kata kantor Brown.
Liu adalah kepala Departemen Staf Gabungan Komisi Militer Pusat (CMC), badan militer yang bertanggung jawab atas operasi dan perencanaan tempur Cina.
Para pejabat Pentagon mengatakan komunikasi antara kedua pihak militer sangat penting untuk mencegah kesalahan perhitungan yang berubah menjadi konflik.
“Jenderal Brown membahas pentingnya bekerja sama untuk mengelola persaingan secara bertanggung jawab, menghindari kesalahan perhitungan, dan menjaga jalur komunikasi yang terbuka dan langsung,” kata kantor Brown.
“Jenderal Brown menegaskan kembali pentingnya Tentara Pembebasan Rakyat terlibat dalam dialog substantif untuk mengurangi kemungkinan kesalahpahaman.”
Brown mengatakan bulan lalu dia telah mengirimkan surat perkenalan kepada Liu yang menyatakan dia terbuka untuk bertemu.
Liu mengatakan kunci bagi AS dan Cina untuk mengembangkan hubungan militer-ke-militer yang sehat, stabil, dan berkelanjutan adalah agar AS memiliki “pemahaman yang benar tentang Cina”, menurut pernyataan kementerian pertahanan Cina pada Kamis malam.
Para pejabat AS telah memperingatkan bahwa bahkan dengan pemulihan komunikasi militer, pembentukan dialog yang benar-benar berfungsi antara kedua belah pihak akan memakan waktu.
Beberapa analis mengatakan Cina mencari ambiguitas dalam hubungan pertahanan untuk membatasi apa yang dilihat Beijing sebagai provokasi militer AS di wilayah tersebut.