TEMPO.CO, Jakarta - Brigade Al Quds Jihad Islam Palestina (PIJ) merilis video dua warga Israel yang ditawan, yang menuntut pemerintah mereka berupaya mencapai gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan.
Tawanan pertama, Elad Katzir, menuntut Israel menekan pemerintah mereka untuk memastikan tawanan Israel kembali ke pemukiman mereka. Ia juga berbicara kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan anggota kabinet perang, termasuk Yoav Gallant, Benny Gantz, dan Herzi Halevi.
Dalam pidatonya, Katzir menekankan bahwa sandera Israel berada di bawah ancaman kematian karena kondisi berbahaya yang diciptakan oleh pasukan pendudukan Israel.
“Situasinya tidak tertahankan,” kata tawanan tersebut. “Ada risiko bahwa kami akan mati karena tidak ada jaminan bahwa tentara Israel tidak akan mengebom kami.”
Faktanya, lebih dari 60 tawanan Israel telah terbunuh sejak agresi Israel di Jalur Gaza dimulai, beberapa di antaranya akibat serangan udara sementara yang lain terbunuh oleh tembakan pasukan khusus Israel.
“Kami dalam bahaya… [sebuah bom Israel] mungkin akan dijatuhkan ke arah kami… kami merasa Anda tidak ingin membawa kami kembali hidup-hidup,” kata tawanan tersebut.
Dia juga menuduh kabinet perang Israel berusaha membunuh sebanyak mungkin tawanan, untuk mengurangi pengaruh Hamas dalam memediasi negosiasi mengenai kesepakatan pertukaran tawanan.
Tawanan lainnya, Gadi Mozes, mengatakan bahwa sandera Israel terus-menerus takut bahwa rudal militer Israel mengancam nyawa mereka.
Dia menuntut Netanyahu dan pengambil keputusan Israel lainnya melakukan segala kemungkinan untuk mencapai gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan.
“Kami tidak ingin mati di Gaza… Hidup kami berada dalam bahaya besar.”
Pada Senin, Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, merilis rekaman pesan dari para sandera Israel di Jalur Gaza yang mendesak keluarga mereka dan pemerintah Israel untuk tidak meninggalkan mereka.
Dengan judul "Jangan Biarkan Kami Menjadi Tua di Sini", video tersebut menampilkan tiga tawanan Israel yang mengaku terlibat dalam "pembangunan tentara Israel" dan menuntut pembebasan mereka.
Salah satu tawanan Israel, Chaim Peri, 79, mengidentifikasi dirinya berasal dari Kibbutz "Nir Oz" dan menyatakan, "Kami adalah generasi yang membangun Israel, dan kami berpartisipasi dalam membangun tentara. Saya tidak mengerti mengapa kami ditinggalkan di sini."
Ia melanjutkan, “Kami tidak ingin mati akibat serangan udara Israel,” dan menuntut pembebasan mereka tanpa syarat, dan mengakhiri pesannya dengan, “Jangan biarkan kami menjadi tua di sini.” Dua tawanan lainnya juga menyampaikan permohonan yang sama dalam video tersebut.
AL MAYADEEN
Pilihan Editor: Pejabat Israel Ungkap Agresi di Gaza akan Berakhir Dua Bulan atau Lebih