TEMPO.CO, Jakarta - Penyanyi sekaligus penulis lagu grup band Pink Floyd asal Inggris, Roger Waters, menyatakan dukungannya terhadap rakyat Palestina. Ia mengecam keras agresi Israel ke Gaza.
Dalam wawancara dengan TRT World, Roger Waters menuduh lobi-lobi berpengaruh di Israel tidak berhasil membatalkan turnya ke Amerika Latin karena dukungannya yang vokal terhadap warga Palestina. Ia berbicara panjang lebar tentang kampanye kotor yang menargetkan Waters karena menentang kebrutalan Israel terhadap warga Palestina.
Waters termasuk di antara banyak selebritas yang berbicara menentang pelanggaran hak asasi manusia skala besar yang dilakukan Israel dan “hukuman kolektif” terhadap penduduk Gaza.
"Anda tidak mungkin menempatkan diri Anda pada posisi itu, pada posisi mereka. Para ibu dan ayah, anak-anak itu, 2,3 juta orang itu, jauh lebih sedikit sekarang, orang-orang yang tinggal di Gaza dibombardir oleh F-16 siang dan malam, minggu demi minggu," katanya.
“Seseorang bahkan tidak dapat membayangkan bagaimana jadinya dan bahwa (serangan Israel) yang didukung oleh kekaisaran paling kuat di dunia (Amerika Serikat) adalah hal yang sangat menjijikkan,” ujarnya.
Baca Juga:
Pria Inggris berusia 80 tahun ini mengatakan bahwa selama tur ke Argentina, lobi-lobi Israel berhasil mengkooptasi semua hotel di Buenos Aires dan Montevideo. Antek Israel juga mengorganisir boikot luar biasa terhadap Pink Floyd.
“Hati dan otak saya begitu penuh dengan semua intrik politik dan kemanusiaan dalam permasalahan Gaza, mengenai permasalahan Palestina saat ini sehingga saya merasa sulit untuk melarikan diri dari hal tersebut dan semua omong kosong yang saya alami. Saya mengalaminya di Amerika Selatan dengan mereka yang mencoba membatalkan pertunjukan saya," ujarnya.
Agresi Israel yang tidak pandang bulu telah menewaskan lebih dari 15.000 warga Palestina, termasuk 6.150 anak-anak dan 4.000 wanita. Jumlah korban tewas resmi di Israel mencapai 1.200 sejak 7 Oktober.
"Mereka baru saja mencoba membatalkan pertunjukan saya di sini, di Santiago, di Chile, di mana saya tahu saya sangat populer, bukan hanya karena pertunjukannya terjual habis," ujar Waters.
Selama berada di wilayah tersebut, Waters dilaporkan harus tinggal di ibu kota keuangan Brasil, Sao Paulo, menurut harian lokal, Pagina/12. Ia diberitahu bahwa tidak ada kamar yang tersedia di Argentina.
Waters bersikeras bahwa kritik keras tersebut disebabkan oleh pembelaannya terhadap hak-hak Palestina di tengah serangan gencar baru-baru ini di Gaza.
Dalam pertunjukan musik baru-baru ini di ibu kota Argentina, Buenos Aires, saat berada di atas panggung, Waters mengatakan kepada penonton bahwa ia dibungkam karena ia percaya pada hak asasi manusia.
Di Argentina, Pengacara Carlos Broitman mengatakan bahwa dia telah mengajukan pengaduan terhadap Waters di pengadilan federal atas tuduhan menyebarkan kebencian.
Di Uruguay, anggota parlemen sayap kanan-tengah, Felipe Schipani, meminta pemerintah sayap kiri Montevideo untuk menghapus gelar Pengunjung Terhormat ke Waters yang pertama kali diberikan kepada Waters pada tahun 2018.
“Mereka (lobi Israel) juga ada di Buenos Aires…mencoba membatalkan pertunjukan saya di Buenos Aires dengan alasan bahwa saya seorang anti-Semit, padahal sebenarnya bukan! Itu benar-benar omong kosong,” katanya.
Waters adalah satu dari sekian musisi yang secara terbuka memboikot Israel. Selama turnya di Amerika Latin, Waters juga bertemu dengan pejabat dari Club Deportivo Palestino, sebuah klub sepak bola yang didirikan oleh diaspora Palestina di Chile, berfoto bersama beberapa pejabat. Melalui Instagram, klub berterima kasih kepada Walters atas solidaritasnya terhadap Palestina.
TRT WORLD
Pilihan editor: Daftar Presiden Israel: Diawali dari Dedengkot Gerakan Zionisme