TEMPO.CO, Jakarta - Baru-baru ini, sejumlah unggahan di media sosial menyoroti tantangan warga Palestina terhadap akses air hujan lantaran diklaim sebagai aset milik Israel. Hal itu seperti yang diungkapkan seorang sosiolog asal Inggris, David Miller melalui akun X (Twitter) pribadinya @Tracking_Power.
“Sumber laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menurut perintah militer Israel yang berlaku di wilayah tersebut, hujan adalah milik pemerintah Israel. Oleh karena itu, warga Palestina dilarang mengumpulkan air hujan untuk kebutuhan rumah tangga atau pertanian,” kata David Miller dalam cuitan (tweet) di X pada Minggu, 19 November 2023.
Seperti diketahui, para penduduk Palestina tengah berusaha keras untuk bisa bertahan hidup termasuk kebutuhan air bersih.
“Kami hampir tidak mendapatkan air dan ini (air) biasanya tidak bisa diminum,” kata seorang korban konflik Palestina-Israel bernama Abdul Latif Baker, dikutip dari Antara, Selasa, 28 November 2023. Lantas,seperti apa klaim air hujan di Palestina milik Israel?
Israel Klaim Air Hujan yang Turun di Palestina
Berdasarkan laporan berjudul Pelanggaran Hak Asasi Manusia Israel terkait Air dan Sanitasi di Wilayah Pendudukan Palestina (OPT) yang disampaikan oleh Organisasi Air Darurat, Sanitasi, dan Kebersihan (EWASH) serta Al Haq kepada Komite PBB tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (CESCR) pada September 2011, militer Israel melarang warga Palestina mengumpulkan air hujan.
Selain itu, Israel juga melarang hampir seluruh pembuatan sumur bagi warga Palestina untuk mendapatkan tambahan air. Kebijakan tersebut pun telah menghalangi akses masyarakat terhadap fasilitas air dan sanitasi termasuk, mandi, toilet, jaringan pembuangan limbah, dan waduk untuk penampungan air hujan.
“Akibat dari tindakan dan kelalaian Israel ini, semakin banyak warga Palestina yang tidak memiliki akses terhadap air, sehingga kehidupan mereka tidak dapat dipertahankan dan memaksa mereka untuk mengungsi,” demikian pernyataan EWASH dan Al Haq pada poin ke-43.
Lebih dari 2 Juta Warga Palestina Kekurangan Air Bersih
Melansir Al Jazeera, Badan Pengungsi PBB untuk Palestina menyebut air kini menjadi masalah "hidup dan mati" bagi penduduk di Jalur Gaza setelah Israel memutus pasokan air bagi mereka. Sedangkan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan bahwa lebih dari 2 juta orang kini berada dalam risiko kekurangan air.
“Ini sudah menjadi masalah hidup dan mati. Ini merupakan keharusan, bahan bakar harus segera dikirim ke Gaza agar air tersedia bagi dua juta orang,” kata Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini, Sabtu, 14 Oktober 2023.
Akan tetapi, menurut dia, tidak ada bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk ke Gaza oleh Israel. Air bersih hampir habis di Jalur Gaza lantaran perusahaan penyedia air dan jaringan air umum berhenti beroperasi. Warga Palestina terpaksa mengonsumsi air kotor dari sumur, sehingga meningkatkan risiko penyakit.
Israel juga telah memutus aliran listrik di Gaza sejak Rabu, 11 Oktober 2023 yang berakibat pada ketersediaan air. Sementara itu, ribuan orang telah meninggalkan Gaza setelah Isral memerintahkan mereka untuk pergi sebelum serangan udara.
“Kita perlu mengirimkan bahan bakar ke Gaza. Bahan bakar adalah satu-satunya cara bagi masyarakat Palestina untuk memperoleh air minum yang aman. Jika tidak, maka banyak orang yang meninggal karena mengalami dehidrasi parah, termasuk anak-anak, wanita, dan orang lanjut usia (lansia). Air kini menjadi sumber kehidupan terakhir yang tersisa. Saya mohon agar pengepungan terhadap bantuan kemanusiaan segera dicabut,” ucap Lazzarini.
MELYNDA DWI PUSPITA
Pilihan Editor: Erdogan kepada Sekjen PBB: Israel Harus Diadili untuk Kejahatan Perang di Gaza