TEMPO.CO, Jakarta - Hamas dan Israel sepakat melakukan gencatan senjata selama 4 hari untuk membebaskan sejumlah sandera. Menurut pejabat Hamas, Moussa Abu Marzouk, gencatan senjata sementara dengan Israel akan mulai berlaku Kamis pagi pukul 10.
Pengumuman gencatan senjata Israel Hamas ini muncul setelah Israel mencapai kesepakatan dengan Hamas untuk menghentikan pertempuran selama empat hari dan membebaskan sedikitnya 50 dari sekitar 240 sandera yang diculik Hamas pada 7 Oktober 2023. Imbalannnya adalah pembebasan 150 tahanan keamanan Palestina untuk anak-anak dan perempuan yang berada di penjara Israel. Perjanjian tersebut disetujui oleh kabinet Israel semalam.
Abu Marzouk mengatakan bahwa sebagian besar sandera yang dijadwalkan akan dibebaskan memiliki kewarganegaraan asing. Dia tak menyebutkan menyebutkan secara spesifik apakah para sandera yang dibebaskan juga memegang paspor Israel.
Israel mengatakan bahwa semua sandera adalah warga negara atau penduduk Israel. Belum ada konfirmasi langsung dari Israel soal sandera yang dibebaskan selama gencatan senjata Israel Hamas.
Dilansir dari Al Jazeera, Kementerian Kehakiman Israel telah menerbitkan daftar 300 tahanan Palestina yang mungkin termasuk di antara mereka yang dibebaskan. Dalam daftar itu mencakup setidaknya 33 perempuan dan 123 anak di bawah umur.
Tahanan termuda berusia 14 tahun, sedangkan yang tertua adalah perempuan berusia 59 tahun. Tak satu pun dari tahanan laki-laki yang terdaftar berusia lebih dari 18 tahun. Mereka semua telah ditangkap sejak 2021 dan sebagian besar ditahan pada tahun lalu.
Sebagian besar anak-anak yang ditahan masih menunggu persidangan. Tuduhan terhadap mereka berkisar dari penghasutan, pelemparan batu, hingga percobaan pembunuhan.
Warga Palestina dan Israel sama-sama menyambut gembira pembebasan tahanan. Di kamp pengungsi Balata, kamp pengungsi terpadat di Tepi Barat yang diduduki, delapan nama dalam daftar tahanan Palestina yang bisa dibebaskan adalah perempuan asal Nablus.
Namun Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir mengecam perjanjian gencatan senjata Israel Hamas. Ia beralasan bahwa jeda pertempuran merupakan preseden yang berbahaya.
“Hamas menginginkan jeda ini lebih dari apa pun,” katanya di X. “Garis besarnya adalah preseden berbahaya, yang mengubah persamaan dan mungkin membawa lebih banyak kejadian.”
Ben-Gvir termasuk di antara menteri Israel yang memberikan suara menentang perjanjian gencatan senjata tadi malam. “Keputusan ini akan menimbulkan kerugian besar bagi kita selama beberapa generasi,” katanya seperti dikutip oleh media Israel selama pertemuan pemerintah.
TIMES OF ISRAEL | AL JAZEERA
Pilihan editor: 1.000 Kapal Aktivis Rusia hingga Spanyol Berlayar ke Gaza, Blokir Pelayaran Israel