TEMPO.CO, Jakarta - Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza dikepung dan ditembaki tank Israel. Insiden tersebut menewaskan 12 orang dan sekitar 700 orang terluka termasuk staf medis dan orang yang terluka di dalam rumah sakit. Adapun korban tewas termasuk dokter dan pasien.
Dikutip dari Antara, Rumah Sakit Indonesia menjadi harapan satu-satunya warga Palestina di tengah meningkatnya serangan Israel. Banyak korban jiwa dan luka-luka yang dilarikan ke RS Indonesia karena satu-satunya rumah sakit dengan fasilitas yang memadai di Gaza utara.
Dalam kondisi sulit tersebut, Rumah Sakit Indonesia juga mengalami sejumlah kesulitan. Dikutip dari berbagai sumber, berikut rangkaian kesulitan Rumah Sakit Indonesia di Gaza.
1. Krisis obat-obatan
Rumah Sakit Indonesia mengalami krisis obat-obatan karena pengepungan Gaza oleh Israel. Sebelumnya, Rumah Sakit Indonesia sempat mendapatkan bantuan obat. Namun banyaknya korban jiwa membuat obat-obatan kembali habis.
"Sampai saat ini belum ada bantuan yang bisa masuk ke Jalur Gaza lantaran pintu perbatasan masih tertutup," kata Relawan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia Fikri Rohul Haq Fikri pada selasa, 17 Oktober 2023.
Fikri juga mengungkapkan Rumah Sakit Indonesia membutuhkan banyak bantuan medis karena banyak dokter yang kelelahan. Di Rumah Sakit Indonesia sendiri, per 17 Oktober 2023, ada sekitar 470 orang meninggal dunia, 1.800 orang terluka, dan puluhan pasien masih dirawat inap.
2. Kekurangan bahan bakar
Sejak membombardir pada 7 Oktober lalu, Israel juga memutus pasokan bahan bakar dan listrik ke Gaza. Akibatnya, Rumah sakit Indonesia mengalami kekurangan pasokan bahan bakar minyak. Bahkan sempat beroperasi dalam gelap akibat kehabisan bahan bakar pada Jumat, 10 November 2023.
Saat ini, Rumah sakit Indonesia hanya mengandalkan dua generator untuk menjalankan kegiatannya. Namun, satu dari dua generator tersebut rusak, sedangkan satu generator yang masih berfungsi terkendala pasokan bahan bakar yang terbatas.
Sebelumnya, Direktur RS Indonesia di Gaza, Atef al-Kahlout, menyatakan Rumah Sakit Indonesia akan berhenti beroperasi secara total karena kehabisan bahan bakar. “Hari ini, Kamis tanggal 9 November 2023, solar untuk RS Indonesia tersisa 1.100 liter dan ini hanya cukup untuk satu hari saja,” kata dia.
Akibat kekurangan bahan bakar, aliran listrik di rumah sakit tersebut hanya dinyalakan untuk beberapa ruangan saja. Beberapa ruangan itu antara lain ruang operasi, ruang perawatan intensif, ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan pompa air.
3. Melebihi daya tampung
Rumah Sakit Indonesia telah dibanjiri pasien yang terluka parah akibat bom Israel. Pasalnya, rumah sakit itu hanya memiliki kapasitas 140 pasien. Alhasil, petugas medis pun menyiapkan ruang operasi di koridor karena ruang bedah utama penuh.
“Beberapa kali kami harus menyiapkan ruang bedah di koridor dan bahkan terkadang di ruang tunggu rumah sakit,” kata Dr. Mohammed al-Jalankan.
Di tengah kondisi sulit itu, Direktur Rumah Sakit Atef al-Kahlout meminta ambulans untuk tidak membawa lebih banyak orang yang terluka ke rumah sakit tersebut karena kurangnya kapasitas. “Kami tidak dapat menawarkan layanan apapun lagi, kami tidak dapat menawarkan tempat tidur apapun kepada pasien,” kata al-Kahlout pada Kamis, 16 November 2023.
KHUMAR MAHENDRA I RIZKI DEWI AYU | IDA ROSDALINA I DEWI RINA CAHYANI
Pilihan Editor: MER-C: Tiga Relawan WNI di RS Indonesia Gaza dalam Keadaan Sehat