TEMPO.CO, Jakarta - Unjuk rasa menentang gelaran Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) 2023 di San Fransisco, Amerika Serikat, mengangkat beragam isu dari krisis iklim hingga pendudukan Palestina. APEC menggelar pertemuan pada 11 – 17 November 2023 antara para pemimpin politik lintas-Pasifik dari 21 negara anggota, termasuk Indonesia yang diwakili oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Para pengunjuk rasa berkumpul di alun-alun di depan gedung feri San Francisco, yang merupakan pintu gerbang ke kota tersebut, membawa spanduk dan poster yang menentang forum APEC, menyerukan perubahan ekonomi dan lingkungan, hingga mengibarkan bendera Palestina, Minggu, 12 November 2023.
Dalam unjuk rasa yang dimulai pada sore hari, pengunjuk rasa lainnya menentang industri minyak dan mendukung aktivis buruh dan hak-hak migran. Massa protes lintas isu tersebut membentang beberapa blok di sepanjang jalan raya Market Street.
Meski menjadi tempat bagi pusat teknologi tinggi Silicon Valley dan merupakan wilayah ekonomi terbesar keempat di AS, San Francisco yang menjadi titik panas fenomena kontra-kebudayaan pada 1960-an tetap mempertahankan pandangan anti-otoriter dan anti-kemapanan.
“Kami mewakili kisah ketahanan, inovasi, dan inklusivitas, yang merupakan tema inti APEC 2023. Dan, kami adalah pusat penting dalam perekonomian global,” demikian tertulis di situs web APEC 2023 yang menjabarkan alasan San Fransisco menjadi tuan rumah tahun ini, yang juga menyebutkan Produk Domestik Bruto (PDB) kota tersebut sebesar US$501 miliar (Rp7,8 kuadriliun).
Polisi memperkirakan akan terjadi banyak protes selama KTT APEC, yang semakin meningkat pada Rabu, 15 November 2023, saat pertemuan antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden Cina Xi Jinping. Tindakan bisa menjadi konfrontatif hari itu, dengan pengunjuk rasa menyerukan untuk memblokir peserta memasuki pusat konferensi San Francisco.
Isu perumahan, krisis iklim, hingga Palestina
“Komunitas kami berada dalam kekacauan,” kata Roberto Ruiz, 53 tahun, seorang musisi di plaza feri yang mengatakan dana yang digunakan untuk mendukung pertemuan puncak para pemimpin tersebut seharusnya disalurkan untuk membantu masyarakat miskin.
Menurut situs APEC, KTT akan dipenuhi dengan berbagai agenda resmi para perwakilan negara, kegiatan bagi pemangku kepentingan eksternal, dan kegiatan yang terbuka untuk publik. Pertemuan tingkat menteri, jamuan makan siang, dialog bisnis, hingga berbagai kegiatan kebudayaan tercantum dalam jadwal APEC.
“Kami mempunyai orang-orang di jalanan yang tidak memiliki rumah. Uang ini pasti bisa diberikan kepada mereka,” kata Ruiz.
Sebanyak 3.000 orang mungkin hidup di jalanan, menurut data dari penghitungan tahun 2022 yang dipublikasikan di situs web kota San Fransisco.
Seorang mahasiswa bernama Sarah R, 21 tahun, mengatakan ia datang mengirim pesan kepada Biden dan para pemimpin lainnya untuk mendukung warga Palestina yang disebutnya sedang menghadapi genosida. Israel telah membombardir Jalur Gaza selama satu bulan lebih sebagai pembalasan atas serangan 7 Oktober terhadap Israel oleh kelompok militan Hamas.
Insinyur geosains Marty Brewer, 56 tahun, mendesak adanya respons cepat terhadap krisis iklim. “Sejauh ini kita gagal mengatasi keadaan darurat ini,” katanya.
REUTERS
Pilihan Editor Top 3 Dunia: Jokowi - Biden, Rudal Hizbullah Masuk Israel, dan Pernyataan Netanyahu Soal Kendali Gaza