Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Efek El Nino, 2023 Menjadi Tahun Paling Panas dalam 125.000 Tahun

Reporter

Editor

Ida Rosdalina

image-gnews
Seseorang memegang payung saat berlindung dari matahari di dekat Air Mancur Trevi selama gelombang panas di Roma, Italia, 20 Juli 2023. Ilmuwan iklim di Badan Antariksa Eropa (ESA) mengatakan suhu bisa mencapai 48 derajat Celcius di pulau Sisilia dan Sardinia, Italia. REUTERS/Remo Casilli
Seseorang memegang payung saat berlindung dari matahari di dekat Air Mancur Trevi selama gelombang panas di Roma, Italia, 20 Juli 2023. Ilmuwan iklim di Badan Antariksa Eropa (ESA) mengatakan suhu bisa mencapai 48 derajat Celcius di pulau Sisilia dan Sardinia, Italia. REUTERS/Remo Casilli
Iklan

TEMPO.CO, JakartaTahun ini ditetapkan menjadi tahun terpanas di dunia dalam 125.000 tahun terakhir, kata para ilmuwan Uni Eropa pada Rabu, 8 November 2023, setelah data menunjukkan bulan lalu merupakan Oktober terpanas yang pernah tercatat dengan selisih yang sangat besar.

Bulan lalu melampaui suhu rata-rata tertinggi sebelumnya pada Oktober, dibandingkan tahun 2019, sebesar 0,4 derajat Celcius, kata Wakil Direktur Layanan Perubahan Iklim Copernicus (C3S) UE Samantha Burgess, menggambarkan anomali suhu sebagai "sangat ekstrem".

Hal ini membuat tahun 2023 secara keseluruhan “hampir pasti” menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat, kata C3S dalam sebuah pernyataan.

Panas ini disebabkan oleh emisi gas rumah kaca yang terus berlanjut dari pembakaran bahan bakar fosil, ditambah dengan munculnya pola iklim El Nino yang terjadi secara alami tahun ini, yang menghangatkan permukaan air di Samudera Pasifik bagian timur.

Tahun terpanas yang pernah tercatat saat ini adalah tahun 2016 – tahun El Nino lainnya – meskipun tahun 2023 akan menyusul tahun tersebut.

Dataset Copernicus berasal dari tahun 1940. “Saat kami menggabungkan data kami dengan IPCC, maka kami dapat mengatakan bahwa ini adalah tahun terpanas selama 125.000 tahun terakhir,” kata Burgess.

Data jangka panjang dari panel ilmu iklim PBB IPCC mencakup data dari sumber-sumber seperti inti es, lingkaran pohon, dan endapan karang.

Perubahan iklim memicu hal-hal ekstrem yang semakin merusak. Pada tahun 2023, hal tersebut mencakup banjir yang menewaskan ribuan orang di Libya, gelombang panas parah di Amerika Selatan, dan musim kebakaran hutan terburuk yang pernah tercatat di Kanada.

Secara global, suhu udara permukaan rata-rata pada bulan Oktober sebesar 15,3 Celcius (59,5 derajat Fahrenheit), 1,7 derajat Celcius lebih hangat dibandingkan rata-rata suhu udara pada bulan Oktober pada tahun 1850-1900, yang didefinisikan oleh Copernicus sebagai periode pra-industri.

Satu-satunya bulan yang memecahkan rekor suhu dengan selisih sebesar itu adalah September 2023.

"September benar-benar mengejutkan kami," kata Burgess. “Jadi setelah bulan lalu, sulit untuk menentukan apakah kita berada dalam kondisi iklim yang baru. Namun kini rekornya terus menurun dan ini tidak terlalu mengejutkan dibandingkan bulan lalu.”

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

5 jam lalu

Pengendara kendaraan bermotor berteduh menghindari terik matahari saat melintasi lampu merah Stasiun Gambir, Jakarta, Selasa 7 Mei 2024. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa fenomena gelombang panas di sebagian wilayah Asia dalam sepekan terakhir tidak berkaitan dengan kondisi suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia. TEMPO/Subekti.
Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

Bukan heatwave yang mengancam wilayah Indonesia. Simak hasil kajian tim peneliti BRIN berikut.


Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

15 jam lalu

Sisifus. Ilustrasi TEMPO/Imam Yunianto
Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.


Tips Cegah Heat Stroke akibat Cuaca Panas dari Kemenkes

1 hari lalu

Ilustrasi memakai tabir surya. Freepik.com/pvproductions
Tips Cegah Heat Stroke akibat Cuaca Panas dari Kemenkes

Masyarakat perlu mewaspadai serangan panas atau heat stroke akibat cuaca panas. Ini yang perlu dilakukan menurut Kemenkes.


Dampak Cuaca Panas Ekstrem pada Kesehatan Mental

2 hari lalu

Ilustrasi cewek pakai payung saat jalan di bawah matahari terik. shutterstock.com
Dampak Cuaca Panas Ekstrem pada Kesehatan Mental

Penelitian menyebut cuaca panas ekstrem dapat berdampak besar pada kesehatan mental. Berikut berbagai dampaknya.


Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

3 hari lalu

ilustrasi menyiram air untuk mengurangi dampak dehidrasi. Shutterstok
Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

Saat tubuh terpapar suhu ataupun hawa panas, respons alami tubuh adalah dengan memproduksi keringat untuk mendinginkan diri.


Banjir Rendam Selatan Brasil, 39 Orang Tewas dan 68 Lainnya Hilang

3 hari lalu

Foto udara menunjukkan area yang terkena dampak banjir di Lajeado, negara bagian Rio Grande do Sul, Brasil, 3 Mei 2024. Jeff Botega/Agencia RBS via REUTERS
Banjir Rendam Selatan Brasil, 39 Orang Tewas dan 68 Lainnya Hilang

Sebanyak 39 orang tewas dan 68 lainnya belum ditemukan akibat hujan lebat dan banjir yang melanda Rio Grande do Sul, Brasil.


Suhu Panas di Indonesia, Bukan Heatwave hingga Siklus Biasa

3 hari lalu

Ilustrasi gelombang panas. Sumber: Reuters / Pascal Rossignol / rt.com
Suhu Panas di Indonesia, Bukan Heatwave hingga Siklus Biasa

Fenomena heatwave di sebagian wilayah Asia selama sepekan belakangan tidak terkait dengan kondisi suhu panas di Indonesia


Masuk Awal Kemarau, Suhu Panas di Indonesia Masih Siklus Normal

3 hari lalu

Area persawahan yang kering di kawasan Babelan, Bekasi, Jawa Barat, Selasa, 5 September 2023. Kekeringan yang telah terjadi di beberapa daerah di Indonesia merupakan dampak dari El Nino. TEMPO/Tony Hartawan
Masuk Awal Kemarau, Suhu Panas di Indonesia Masih Siklus Normal

BMKG memastikan suhu panas di Indonesia masih bagian dari kondisi tahunan, seperti kemarau, bukan akibat heatwave.


Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

3 hari lalu

Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat thermometer pengukur suhu udara di Taman Alat Cuaca BMKG Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2023. BMKG memprediksi musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia akan berlangsung hingga akhir Oktober dan awal musim hujan terjadi pada awal November 2023. Tempo/Tony Hartawan
Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG


Cuaca Panas di Kamboja Sebabkan Gudang Amunisi Meledak, 20 Tentara Tewas

4 hari lalu

Seorang turis berjalan menggunakan payung selama gelombang panas di Teheran, Iran 2 Agustus 2023. Media pemerintah Iran melaporkan suhu panas bahkan melebihi 51 derajat Celsius di selatan kota Ahvaz. Sementara itu suhu di ibu kota Iran, Teheran, diperkirakan mencapai 39 derajat Celsius pada Rabu (2/8). Majid Asgaripour/WANA (Kantor Berita Asia Barat) via REUTERS
Cuaca Panas di Kamboja Sebabkan Gudang Amunisi Meledak, 20 Tentara Tewas

Cuaca panas menerjang sejumlah negara di Asia. Di Kamboja, gudang amunisi meledak hingga menyebabkan 20 tentara tewas.