Warga Asli Jalur Gaza
Dari 14 juta warga Palestina di seluruh dunia, sebanyak 2 juta penduduk berada di Jalur Gaza. Sekitar sepertiga dari penduduk Gaza merupakan penduduk asli wilayah Jalur Gaza itu sendiri.
Sementara dua pertiga sisanya adalah keturunan pengungsi dari perang tahun 1948, banyak di antaranya berasal dari kota dan desa di sekitar Jalur Gaza.
Hampir Separuh Penduduk Gaza Adalah Generasi Muda
Tren demografis di Gaza menunjukkan mayoritas penduduknya adalah generasi muda, dengan hampir separuh dari mereka berusia di bawah 18 tahun.
Meski begitu, kawasan ini juga menghadapi tingkat kemiskinan yang cukup tinggi, yakni mencapai 53 persen. Meskipun situasi ekonomi yang sulit, sektor pendidikan tetap cukup kuat.
Lebih dari 95 persen anak-anak Gaza dalam kelompok usia 6-12 tahun bersekolah. Sebagian besar siswa Palestina di Gaza berhasil menyelesaikan pendidikan menengah atas mereka, dan 57 persen dari mahasiswa di Universitas Islam Gaza, yang memiliki reputasi yang baik, adalah perempuan.
Tingkat Pengangguran Tinggi
Generasi muda Palestina di Gaza juga menghadapi kesulitan akibat kondisi lingkungan di sekitar mereka. Untuk lulusan berusia antara 19 hingga 29 tahun, tingkat pengangguran mencapai 70 persen.
Survei yang dilakukan oleh Bank Dunia pada awal tahun 2023 juga mengungkapkan bahwa 71 persen penduduk Gaza menunjukkan gejala depresi dan tingkat PTSD yang tinggi.
Faktor utamanya adalah blokade yang telah diterapkan oleh Israel dan Mesir selama 16 tahun, dengan dukungan dari Amerika Serikat, yang telah menghambat perkembangan Gaza.
Blokade Bertahun-tahun
Sejak tahun 2007, Israel telah menerapkan blokade ketat di Jalur Gaza, yang mengakibatkan serangkaian masalah kemanusiaan yang serius di wilayah tersebut. Blokade ini sering menjadi sumber ketegangan dan kontroversi.
Blokade yang masih diberlakukan membatasi impor makanan, bahan bakar, dan material konstruksi, juga mengurangi jangkauan nelayan Gaza, serta melarang hampir semua ekspor, dan menerapkan pembatasan ketat terhadap pergerakan orang masuk dan keluar Gaza.
Menurut data PBB tahun 2023, hanya sekitar 50.000 orang yang diizinkan untuk meninggalkan Gaza setiap bulan oleh Israel.
Kesulitan Ekonomi
Penutupan berlarut-larut selama bertahun-tahun ini telah berdampak serius pada kehidupan warga Palestina di Gaza.
Mereka menghadapi kekurangan air minum dan sanitasi yang cukup. Selain itu, pemadaman listrik terjadi selama 12 hingga 18 jam setiap hari. Dengan kurangnya pasokan air dan listrik yang memadai, sistem layanan kesehatan Gaza yang sudah rapuh seakan berada di ambang kehancuran.
Pembatasan ini khususnya merugikan generasi muda dan orang yang rentan di Gaza. Izin untuk menerima perawatan medis di luar Gaza sering kali ditolak oleh Israel yang kemudian menghambat pasien yang sakit. Siswa berbakat yang mendapatkan beasiswa untuk belajar di luar negeri juga seringkali mendapati mereka tidak dapat pergi.
RIZKI DEWI AYU
Pilihan Editor: Cina Krisis Kelahiran, Xi Jinping Minta Perempuan Berperan Ciptakan Tren Baru Keluarga