TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah untuk "berperang sampai menang " di Gaza, mengisyaratkan tidak ada jeda dalam pengeboman militernya dan memperkirakan invasi ke daerah kantong itu setelah Hamas membebaskan dua sandera AS. Kelompok Hamas pada Jumat, 20 Oktober 2023, membebaskan ibu dan putrinya asal Amerika, Judith dan Natalie Raanan, yang diculik dalam serangannya di Israel selatan pada 7 Oktober.
Mereka adalah sandera pertama yang dikonfirmasi oleh kedua belah pihak dalam konflik tersebut untuk dibebaskan sejak kelompok bersenjata Hamas menyerbu Israel, menewaskan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera sekitar 200 orang.
“Dua korban penculikan kami berada di rumah. Kami tidak menyerah dalam upaya memulangkan semua orang yang diculik dan hilang,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan yang dirilis Jumat malam.
“Pada saat yang sama, kami akan terus berjuang hingga meraih kemenangan,” tambahnya.
Gambar yang diperoleh Reuters setelah pembebasan mereka menunjukkan keduanya dikelilingi oleh tiga tentara Israel dan berpegangan tangan dengan Gal Hirsch, koordinator Israel untuk para tawanan dan hilang. Dalam gambar tersebut, Natalie mengenakan jeans dan hoodie abu-abu sedangkan Judith mengenakan kemeja panjang berwarna biru.
Abu Ubaida, juru bicara sayap bersenjata Hamas Brigade Izz el-Deen al-Qassam, mengatakan para sandera dibebaskan sebagai tanggapan terhadap upaya mediasi Qatar, “untuk alasan kemanusiaan, dan untuk membuktikan kepada rakyat Amerika dan dunia bahwa klaim yang dibuat oleh Hamas tidak benar. Biden dan pemerintahan fasisnya salah dan tidak berdasar”.
Tetapi kekerasan terus berlanjut.
Pesawat Israel menyerang enam rumah di Gaza utara pada Sabtu pagi, menewaskan sedikitnya delapan warga Palestina dan melukai 45 orang, media Palestina melaporkan.
Israel telah memerintahkan seluruh warga sipil untuk mengevakuasi bagian utara Jalur Gaza, termasuk Kota Gaza. Banyak orang yang belum pergi karena takut kehilangan segalanya dan tidak punya tempat aman untuk pergi karena wilayah selatan juga diserang.
Setidaknya 4.137 warga Palestina telah tewas, termasuk ratusan anak-anak, dan 13.000 lainnya terluka di Gaza, kata Kementerian Kesehatan Palestina. PBB mengatakan lebih dari satu juta orang kehilangan tempat tinggal.