TEMPO.CO, Jakarta - Konflik dan kekerasan Israel Palestina yang berkepanjangan seringkali menimbulkan pro-kontra. Sejumlah demonstrasi muncul dari kelompok-kelompok yang mendukung kedua belah pihak baik Palestina maupun Israel, termasuk yang kerap mencuri perhatian Yahudi Ortodoks.
Namun demikian, tak semua Yahudi mendukung Israel. Tercatat, ada golongan Yahudi yang juga menentang Zionisme Israel. Diantaranya adalah kelompok Yahudi Ortodoks.
Profil Yahudi Ortodoks
Dikutip dari Britannica, Yahudi Ortodoks adalah salah satu aliran atau kelompok dalam agama Yahudi yang mengikuti interpretasi dan praktik keagamaan yang paling tradisional. Mereka memegang teguh pada pengabdian terhadap hukum Taurat dan mengikuti serangkaian aturan dan praktik agama yang sangat terperinci.
Yahudi Ortodoks dengan tegas menolak posisi Yahudi Reformasi. Yahudi Reformasi menyatakan bahwa Alkitab dan tulisan-tulisan suci Yahudi lainnya tak hanya berisi prinsip-prinsip moral yang berlaku selamanya tetapi juga adaptasi dan interpretasi hukum yang ditentukan secara historis dan budaya yang mungkin secara sah dibuang di zaman modern.
Oleh karena itu, dalam Yahudi Ortodoks, baik Hukum Tertulis (Taurat, lima kitab pertama Perjanjian Lama) maupun Hukum Lisan (yang dikodifikasi dalam Mishna dan ditafsirkan dalam Talmud) bersifat tetap dan tetap menjadi satu-satunya norma ketaatan beragama.
Yahudi ultra-Ortodoks dikenal juga sebagai Yahudi Haredi. Ini mencakup beberapa kelompok dalam Yahudi Ortodoks yang secara ketat menjalankan hukum agama Yahudi dan memisahkan diri dari masyarakat non-Yahudi. Kelompok-kelompok ini juga memisahkan diri dari orang Yahudi yang tak mengikuti hukum agama seketat mereka.
Komunitas ultra-Ortodoks banyak ditemukan di Israel. Populasi mereka mencapai 13 persen dari populasi Israel, Amerika Utara , khususnya di New York City, dan Eropa Barat.
Angka kelahiran yang tinggi dan tanpa pernikahan beda agama
Digambarkan sebagai isolasionis, lingkungan ultra-Ortodoks umumnya hanya terdiri dari keluarga Yahudi Haredi. Komunitas-komunitas tersebut sangat berorientasi pada keluarga dengan angka kelahiran yang tinggi dan hampir tidak adanya pernikahan beda agama.
Dalam sebuah survei Pew Research, sebanyak 98 persen responden Ortodoks yang menikah memiliki pasangan Yahudi. Sebaliknya, di antara semua orang Yahudi yang menikah, 44 persen memiliki pasangan non-Yahudi, termasuk hampir enam dari sepuluh orang yang menikah pada tahun 2000 atau setelahnya.
Berpegang teguh pada praktik ibadah tradisional
Yahudi Ortodoks telah menolak tekanan modern untuk mengubah ketaatannya. Mereka berpegang teguh pada praktik-praktik seperti ibadah sehari-hari, hukum makanan (kashruth), do'a dan upacara tradisional, pembelajaran Taurat secara teratur dan intensif, serta pemisahan pria dan wanita di sinagoga.
Peraturan ini juga memerintahkan Yahudi Ortodoks ketaatan yang ketat terhadap hari Sabat dan hari raya keagamaan dan tidak mengizinkan musik instrumental selama kebaktian komunal.
Pilihan editor: 5 Fakta Yudaisme Haredi, Sekte Yahudi yang Dikabarkan Menentang Zionis Israel