"Peluang Luar Biasa"
Cina selama bertahun-tahun gagal membuat kemajuan dalam mengatasi kebuntuan yang telah berlangsung selama puluhan tahun antara Israel dan Palestina, meskipun berulang kali mengajukan proposal di PBB yang menyerukan solusi dua negara.
Beijing secara historis bersimpati kepada Palestina, meskipun mereka lebih mendukung Organisasi Pembebasan Palestina yang nasionalis daripada Hamas.
Mereka menahan diri untuk tidak secara eksplisit mengutuk Hamas atas serangan 7 Oktober yang memicu konflik saat ini.
Namun pada Minggu, Menteri Luar Negeri Wang mengatakan Israel sekarang bertindak “di luar jangkauan pertahanan diri” dan mengecam apa yang ia gambarkan sebagai “hukuman kolektif terhadap rakyat Gaza”.
“Wang Yi sebenarnya telah mengintensifkan kritiknya terhadap tindakan Israel… jadi meskipun Israel ingin Beijing memberikan tekanan pada negara-negara Arab dan Iran untuk membawa mereka ke meja perundingan, Israel memandang Cina sebagai perantara yang memihak,” ujar Manoj Kewalramani dari Lembaga Takshashila India.
Hambatan yang lebih besar terhadap keterlibatan yang berarti adalah kurangnya kontak langsung Cina dengan Hamas. Ini memaksa Tiongkok untuk melakukan pendekatan melalui Teheran untuk memberikan tekanan pada kelompok militan tersebut, menurut Jean-Pierre Cabestan, peneliti senior di Asia Center di Paris.
Namun, Beijing tetap mendapatkan keuntungan dari upaya mediasi ini, karena mereka berupaya memainkan peran yang lebih tegas di panggung internasional.
Konflik ini adalah “kesempatan luar biasa untuk menunjukkan apa yang selama ini dianggap Beijing sebagai kemunafikan Barat dalam masalah hukum internasional dan hak asasi manusia”, kata Kewalramani.
“Fakta bahwa para pemimpin Barat tampaknya tidak berbicara tentang proporsionalitas dalam respons Israel…adalah peluang bagi Beijing untuk membalas klaim Barat yang melindungi ‘tatanan berbasis aturan’,” katanya.
Pilihan Editor: Jepang akan Kucurkan Bantuan Rp157,21 Miliar bagi Warga Gaza
CHANNEL NEWSASIA