TEMPO.CO, Jakarta - Enam anggota Senat Amerika Serikat tiba di Cina, Sabtu, 7 Oktober 2023, di tengah panasnya hubungan Washington dan Beijing. Rombongan yang dipimpin Chuck Schumer akan mengadakan serangkaian pertemuan dan berharap bisa bertemu Presiden Xi Jinping.
Enam anggota Senat ini menggelar perjalanan ke Asia, mencakup kunjungan ke Korea Selatan dan Jepang, untuk memajukan kepentingan ekonomi dan keamanan nasional AS.
Setelah tahun lalu meloloskan rancangan undang-undang untuk meningkatkan persaingan dengan Cina dalam semikonduktor dan teknologi lainnya, Schumer dan para pemimpin komite Demokrat mengatakan pada bulan Mei bahwa mereka akan mengajukan undang-undang untuk membatasi aliran teknologi ke Cina, mencegah Tiongkok memulai konflik dengan Taiwan, dan memperketat peraturan untuk memblokir aliran modal AS ke perusahaan-perusahaan CIna.
Schumer “akan fokus pada perlunya hubungan timbal balik di Cina bagi bisnis AS yang akan menyamakan kedudukan bagi pekerja Amerika, serta mempertahankan kepemimpinan AS dalam teknologi canggih untuk keamanan nasional”, kata kantornya.
Perjalanan tersebut merupakan tindak lanjut dari kunjungan serangkaian pejabat tinggi pemerintahan Biden, termasuk Menteri Perdagangan Gina Raimondo pada bulan Agustus.
Kelompok yang terdiri dari enam senator, dipimpin oleh Mike Crapo dari Partai Republik, akan bertemu dengan para pemimpin pemerintah dan bisnis di tiga negara yang mereka kunjungi, dan dari perusahaan-perusahaan AS yang beroperasi di wilayah tersebut.
Senator lain yang ikut dalam kunjungan tersebut termasuk Bill Cassidy dan John Kennedy dari Partai Republik, serta Maggie Hassan dan Jon Ossoff dari Partai Demokrat. Rombongan mendarat di bandara Pudong Shanghai pada pukul 14.00.
Cina menyambut baik Schumer dan berharap kunjungan ini akan memperdalam pemahaman “objektif” Senat AS terhadap Tiongkok dan memfasilitasi dialog antar badan legislatif negara-negara tersebut, kata Kementerian Luar Negeri Cina pekan ini.
Pemerintahan Biden telah membatasi ekspor chip ke Cina, dengan mengatakan bahwa hal tersebut bertujuan untuk menolak akses Tiongkok terhadap teknologi canggih yang dapat meningkatkan kemajuan militer atau pelanggaran hak asasi manusia. Cina membalas dengan tuduhan pemaksaan ekonomi.
Raimondo mengatakan pada bulan Agustus bahwa perusahaan-perusahaan AS telah mengeluh kepadanya bahwa Cina menjadi “tidak dapat diinvestasikan”, merujuk pada denda, penggerebekan, dan tindakan lain yang menjadikannya berisiko untuk melakukan bisnis di sana. “Dalam banyak kasus, bagi dunia usaha AS, kesabaran sudah mulai menipis, dan inilah waktunya untuk mengambil tindakan,” katanya.
REUTERS
Pilihan Editor Misterius, Enam Tersangka Pembunuhan Capres Ekuador Tewas di Penjara