TEMPO.CO, Jakarta - Bangladesh menerima pengiriman pertama bahan bakar uranium dari Rusia untuk pembangkit listrik tenaga nuklir pertamanya pada Kamis, 6 Oktober 2023. Mereka menjadikan negara ke-33 di dunia yang memproduksi tenaga nuklir.
Negara Asia Selatan ini sedang membangun PLTN pertama dari dua pembangkit listrik tenaga nuklir yang bekerja sama dengan perusahaan atom milik negara Rusia, Rosatom. Sembilan puluh persen proyek ini dibiayai melalui pinjaman Rusia yang dapat dilunasi dalam waktu 28 tahun dengan masa tenggang 10 tahun. Nilai pembangkit $12,65 miliar atau 197,6 triliun.
“Hari ini adalah hari kebanggaan dan kegembiraan bagi rakyat Bangladesh,” kata Perdana Menteri Sheikh Hasina dalam konferensi video dengan Presiden Rusia Vladimir Putin yang disebut Kedutaan Besar Rusia di Bangladesh sebagai “upacara pengiriman bahan bakar nuklir” dalam sebuah postingan di Facebook.
Pemerintahan Hasina mendapat tekanan dari AS untuk menyelenggarakan pemilu “bebas dan adil” yang dijadwalkan pada bulan Januari 2024, dengan Washington memberlakukan sanksi visa terhadap beberapa pejabat Bangladesh dan pemimpin partai politik.
Bulan lalu Sergei Lavrov, menteri luar negeri Rusia pertama yang mengunjungi Bangladesh sejak kemerdekaannya pada tahun 1971, meyakinkan Bangladesh bahwa Moskow berkomitmen untuk menyelesaikan proyek tersebut tepat waktu, meskipun ada hambatan dari sanksi Barat terkait perang di Ukraina.
Konstruksi ditunda karena pembatasan pandemi COVID-19 dan sanksi.
Karena sanksi AS terhadap Moskow, Bangladesh pada bulan Desember menolak masuknya kapal Rusia yang membawa peralatan untuk pabrik tersebut.
Unit pertama pembangkit listrik tersebut, dengan total kapasitas pembangkitan sebesar 2.400 megawatt, dijadwalkan mulai beroperasi pada bulan Juli tahun depan namun menghadapi kemunduran dalam pembayaran pinjaman.
Bangladesh menghadapi krisis listrik terburuk sejak tahun 2013, yang disebabkan oleh cuaca tidak menentu dan kesulitan dalam membayar impor bahan bakar di tengah menurunnya cadangan devisa dan melemahnya mata uang Taka.
REUTERS
Pilihan Editor AS Tembak Drone Bersenjata Turki di Suriah, Terbang Terlalu Dekat