TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyebut Barat sebagai “kerajaan kebohongan” dan menuduh Barat mengadopsi pola pikir neo-kolonial dalam upayanya kepada negara-negara Selatan untuk mendapatkan dukungan bagi Ukraina dalam perang tersebut.
Berbicara setelah seminggu diplomasi global yang intens pada pertemuan tahunan para pemimpin dunia di markas PBB di New York, di mana Ukraina dan sekutu Baratnya berusaha menggalang dukungan untuk Kyiv saat berperang melawan invasi Rusia, Lavrov, Sabtu, 23 September 2023, mengatakan “mayoritas global” ditipu oleh negara-negara Barat.
“AS dan kolektif bawahannya terus mengobarkan konflik yang secara artifisial memecah umat manusia menjadi blok-blok yang saling bermusuhan dan menghambat pencapaian tujuan secara keseluruhan,” kata Lavrov.
“Mereka mencoba memaksa dunia untuk bermain sesuai aturan mereka yang egois.”
Setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, PBB menyalahkan perang tersebut karena memperburuk krisis pangan global dan garis depan diplomatik baru pun muncul, di mana Moskow dan Kyiv berjuang untuk memenangkan hati negara-negara yang paling terkena dampaknya: negara-negara miskin dan berkembang.
Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB yang beranggotakan 193 orang pada hari Sabtu, Lavrov menggambarkan “perjuangan antara mayoritas global … dan antara segelintir orang yang menggunakan metode penaklukan kolonial untuk mempertahankan dominasi mereka yang telah lepas dari tangan mereka. "
Sebuah kesepakatan penting – yang ditengahi oleh PBB dan Turki pada Juli 2022 – menawarkan sedikit keamanan sementara dalam krisis pangan dengan mengizinkan ekspor biji-bijian Ukraina ke Laut Hitam secara aman dan menurunkan harga global, tetapi Rusia dua bulan lalu berhenti, mengeluhkan hal itu tidak cukup melakukan perbaikan dalam ekspornya sendiri.