TEMPO.CO, Jakarta - Azerbaijan memulai pembicaraan dengan etnis Armenia dari Nagorno-Karabakh pada Kamis, 21 September 2023, setelah wilayah yang memisahkan diri itu dipaksa menyerah yang memicu seruan pengunduran diri Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan.
Foto-foto yang dikirim ke Reuters menunjukkan para pejabat dari kedua belah pihak duduk di meja bundar kecil di kota Yevlakh, Azerbaijan.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev pada Rabu mengatakan "tangan besinya" telah membuang gagasan pemisahan etnis Armenia di Karabakh ke dalam sejarah.
Warga Armenia Karabakh mengatakan mereka tidak punya pilihan selain menerima persyaratan Azerbaijan setelah tentara Aliyev menerobos garis pertahanan mereka dalam serangan 24 jam.
Otoritas etnis Armenia di kota utama Karabakh, yang oleh orang Armenia disebut Stepanakert dan Azeri disebut Khankendi, mengatakan telah terjadi tembakan di kota itu pada Kamis, dan sumber mengatakan kepada Reuters bahwa mereka telah mendengar suara tembakan.
Pihak berwenang Karabakh menuduh pasukan Azerbaijan melanggar gencatan senjata dan menyarankan warga untuk tetap tinggal di dalam rumah.
Pihak berwenang Karabakh menuduh pasukan Azerbaijan melanggar gencatan senjata dan menyarankan warga untuk tetap tinggal di dalam rumah.
Kementerian Pertahanan Baku mengatakan laporan bahwa pasukannya telah menyerang Khankendi “sepenuhnya salah dan bertujuan untuk disinformasi”.
Berdasarkan perjanjian gencatan senjata, seperti yang digariskan oleh Azerbaijan, pasukan Armenia yang memisahkan diri harus dibubarkan dan dilucuti senjatanya, dan wilayah berpenduduk 120.000 orang akan diintegrasikan sepenuhnya ke dalam Azerbaijan.
Baku mengatakan pihaknya diwakili dalam pembicaraan di Yevlakh oleh anggota parlemen, Ramin Mammadov. Juru bicara Armenia Karabakh tidak menjawab panggilan telepon berulang kali.
Kemenangan cepat Azerbaijan merupakan puncak dari perjuangan selama puluhan tahun untuk mendapatkan kembali kendali atas Karabakh, yang penduduk etnis Armenia-nya memisahkan diri dalam perang besar pada 1990-an yang bertepatan dengan runtuhnya Uni Soviet.
“Setelah junta kriminal menyerah, sumber ketegangan ini, sarang racun ini, telah dimasukkan ke dalam sejarah,” kata Aliyev dalam pidatonya pada Rabu malam, memusatkan kemarahannya pada kepemimpinan Karabakh.
“Penduduk Armenia di Karabakh akhirnya bisa bernapas lega. Saya sudah mengatakan ini sebelumnya, dan saya ingin mengulanginya: penduduk Armenia di Karabakh adalah warga negara kami.”
Aliyev mengatakan “penjahat perang” telah mencoba meracuni pikiran orang-orang Armenia di Karabakh, yang, katanya, kini hak-hak beragama dan budaya mereka akan dihormati.
Namun ribuan orang tetap berkumpul di bandara Stepanakert, sementara yang lain berlindung di pasukan penjaga perdamaian Rusia.