Disimpan Serampangan
Surat tersebut merujuk pada dua kamp Nazi lainnya – Auschwitz dan Dachau – dan menyatakan bahwa ada pesan lain antara Koenig dan Leiber yang hilang atau belum ditemukan.
Para pendukung Pius mengatakan dia bekerja di belakang layar untuk membantu orang-orang Yahudi dan tidak bersuara untuk mencegah memburuknya situasi umat Katolik di Eropa yang diduduki Nazi. Para pengkritiknya mengatakan dia tidak punya keberanian untuk mengungkapkan informasi yang dia peroleh meskipun ada permintaan dari kekuatan Sekutu yang memerangi Jerman.
Surat itu merupakan salah satu dokumen yang menurut Coco disimpan sembarangan di Sekretariat Negara Vatikan dan baru-baru ini diserahkan ke arsip pusat tempat dia bekerja.
Suzanne Brown-Fleming, direktur Program Akademik Internasional di Museum Peringatan Holocaust AS di Washington DC, mengatakan kepada Reuters melalui email bahwa rilis tersebut menunjukkan bahwa Vatikan menanggapi dengan serius pernyataan Paus Fransiskus bahwa “Gereja tidak takut pada sejarah” ketika dia memerintahkan arsip masa perang dibuka pada 2019. “Ada keinginan dan dukungan untuk penilaian yang cermat terhadap dokumen-dokumen tersebut dari sudut pandang ilmiah – apakah hal-hal yang diungkapkan dalam dokumen menguntungkan atau tidak,” katanya.
Dalam emailnya kepada Reuters, David Kertzer, penulis buku "The Pope at War" pemenang Hadiah Pulitzer, sebuah buku tahun 2022 tentang masa Pius, mengatakan Coco adalah "seorang sarjana terkemuka dan serius", yang ditempatkan di Vatikan untuk menggali kebenaran.
Brown-Fleming, Coco dan Kertzer akan menjadi bagian dari konferensi besar tentang Pius dan Holocaust bulan depan di Kepausan Gregorian yang disponsori oleh organisasi Katolik dan Yahudi, Departemen Luar Negeri AS dan kelompok penelitian Holocaust Israel dan Amerika.
REUTERS
Pilihan Editor: Penasihat Keamanan Nasional AS Bertemu Menlu Cina, Wang Yi