TEMPO.CO, Jakarta - Jaksa penuntut di Libya akan menyelidiki runtuhnya dua bendungan di pelabuhan timur Derna yang menyebabkan banjir bandang hingga menewaskan ribuan orang dan menghancurkan sebagian besar kota tersebut. Jaksa Agung al-Sediq al-Sour mengatakan bahwa pemerintah daerah, pemerintahan sebelumnya, dan alokasi dana pemeliharaan bendungan akan diteliti.
“Saya meyakinkan warga bahwa siapa pun yang melakukan kesalahan atau kelalaian, jaksa pasti akan mengambil tindakan tegas, mengajukan kasus pidana terhadapnya dan mengirimnya ke pengadilan,” kata al-Sour pada konferensi pers Jumat malam, 15 September 2023.
Penyelidikan diumumkan ketika tim penyelamat terus mencari mayat di kota yang dilanda bencana itu pada hari Sabtu, 16 September 2023. Banjir Libya terjadi hampir seminggu akibat Badai Daniel. Korban tewas diperkirakan lebih dari 11.000 orang.
Jumlah korban tewas saling bertentangan antara pejabat di wilayah timur dan barat negara yang terpecah tersebut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Sabtu mengatakan bahwa 3.958 jenazah telah ditemukan dan diidentifikasi. Sebanyak 9.000 lainnya masih hilang. Mereka juga mengumumkan 29 ton pasokan kesehatan telah tiba di kota Benghazi, Libya timur.
“Ini adalah bencana yang sangat besar,” kata Ahmed Zouiten, perwakilan WHO di Libya. “Kami sedih atas kehilangan ribuan jiwa yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.”
Organisasi-organisasi bantuan telah memperingatkan bahwa dalam beberapa hari mendatang akan terjadi penyebaran penyakit serta sulitnya penyaluran bantuan.
Islamic Relief memperingatkan akan adanya krisis kemanusiaan kedua setelah bencana Derna. Organisasi itu merujuk pada meningkatnya risiko penyakit yang ditularkan melalui air dan kekurangan makanan, tempat tinggal dan obat-obatan.
“Ribuan orang tidak punya tempat untuk tidur dan tidak punya makanan,” kata pejabat senior Salah Aboulgasem. “Kota ini berbau seperti kematian. Hampir semua orang kehilangan seseorang yang mereka kenal.”
Haider al-Saeih, kepala pusat pemberantasan penyakit Libya, mengatakan pada Sabtu bahwa setidaknya 150 orang menderita diare setelah meminum air yang terkontaminasi di Derna. Dia mendesak warga untuk hanya minum air kemasan, yang dikirimkan sebagai bagian dari upaya bantuan.
Stephanie Williams, seorang diplomat AS dan mantan utusan PBB untuk Libya, mendesak mobilisasi global untuk mengoordinasikan bantuan setelah banjir. Dia memperingatkan tentang kecenderungan kelas penguasa Libya yang predator untuk menggunakan dalih kedaulatan dan kepemilikan nasional untuk mengarahkan proses tersebut dengan cara mereka sendiri dan demi kepentingan pribadi.
Holt mengatakan sudah waktunya bagi faksi-faksi yang bersaing untuk “mengesampingkan perbedaan politik.” Tanda-tanda tersebut sudah tampak di lapangan.
“Kami mendengar kisah-kisah yang sangat menggembirakan tentang persatuan antara Timur dan Barat, orang-orang datang dari Barat untuk mencoba dan memberikan dukungan. Itu adalah respons reaksi yang sangat manusiawi,” katanya.
AL JAZEERA
Pilihan Editor: Ayah Mahsa Amini Sempat Ditahan Menjelang Setahun Kematian Sang Putri