TEMPO.CO, Jakarta - Gempa dahsyat mengguncang wilayah Maroko sehingga menyebabkan ribuan korban tewas. Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Maroko memastikan bahwa tidak ada warga negara Indonesia yang menjadi korban gempa berkekuatan 6,8 itu.
“Kurang lebih 500 WNI yang menetap di Maroko maupun yang sedang berkunjung ke Maroko seluruhnya selamat dari musibah gempa. Mereka seluruhnya dalam kondisi sehat," ujar Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) untuk Kerajaan Maroko merangkap Republik Islam Mauritania, Hasrul Azwar, saat dihubungi Tempo, Senin, 11 September 2023.
Selain WNI yang menetap di sana, Hasrul mengatakan ada 78 orang yang sedang berkunjung dari Indonesia untuk acara International Conference on UNESCO Global Geoparks 2023 dari 7 – 9 September di Marrakesh dan 10 – 11 September di M’Goun Géoparc.
Persebaran WNI terbanyak di Maroko berada di Rabat, Casablanca, Khenifra, dan Fez, sementara di Marrakesh ada sekitar tujuh orang WNI.
Terkait bantuan untuk gempa, Hasrul menyebut sudah banyak lembaga dan pegiat peduli kemanusiaan yang menghubungi Kedutaan Besar RI (KBRI) Rabat untuk memberikan bantuan, termasuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Baca juga:
“Namun, sampai hari ini pemerintah Maroko baru memberikan nomor rekening, kalau ada bantuan dari luar bisa disalurkan ke rekening tersebut. Pemerintah Maroko belum mengumumkan bantuan yang sifatnya fisik mau ke mana disalurkan, sampai hari ini belum ada,” ungkapnya.
Menurut laporan TV pemerintah pada Senin malam bahwa jumlah korban tewas meningkat menjadi 2.862 orang, dan 2.562 orang terluka. Sebagian besar zona gempa berada di daerah yang sulit dijangkau, sehingga jumlah korban tewas belum diketahui pasti.
Gempa Terasa sampai Rabat
Menurut Hasrul yang menetap di Rabat, sekitar 400 km dari pusat gempa, saat itu guncangan sangat terasa. “Kita semua keluar dari rumah, bahkan sampai subuh ada yang tidak berani tidur di rumah karena takut ada susulan gempa. Ada yang tidur di mobil, ada yang duduk-duduk di jalan umum,” kata dia.
“Terasa sekali, saya sendiri tinggal di Wisma Duta Besar di lantai dua, itu lampu gantung berguncang keras, bahkan ada lukisan dinding yang jatuh dan nampak goyangan bangunan rumah,” lanjutnya.
Hasrul pun mengingat kembali saat merasakan guncangan gempa tsunami Aceh pada 2004 silam, saat dia berada di Medan. Dia mengatakan, “Waktu itu saya ada di Medan saat gempa tsunami Aceh. Guncangannya sangat terasa sampai ke Medan, padahal jauh. Jarak Aceh ke Medan sekitar 450 km. Jarak dari Rabat ke pusat gempa kurang lebih 400 km.”
Meski terasa sampai ibu kota, namun katanya bangunan di Rabat tidak ada yang rubuh atau retak. “Alhamdulillah tidak ada. Tidak seperti di Marrakesh,” katanya.
NABIILA AZZAHRA
Pilihan Editor: Profil Narendra Modi, Perdana Menteri India yang Sukses Jadi Tuan Rumah KTT G20