TEMPO.CO, Jakarta - Program pekerja asing sementara di Kanada adalah “tempat berkembang biak” bagi bentuk-bentuk perbudakan modern, demikian peringatan seorang pakar PBB, sekitar setahun setelah pekerja pertanian Jamaika di provinsi Ontario mengecam perlakuan buruk yang mereka terima.
Pelapor khusus PBB untuk bentuk-bentuk perbudakan kontemporer, Tomoya Obokata, mengatakan pada Rabu, 6 September 2023, bahwa dia “sangat terganggu dengan laporan eksploitasi dan pelecehan yang disampaikan” kepadanya oleh para pekerja migran selama misi pencarian fakta selama dua minggu di Kanada.
“Rezim izin kerja khusus majikan, termasuk Program Pekerja Asing Sementara (TFWP) tertentu, membuat pekerja migran rentan terhadap bentuk perbudakan kontemporer, karena mereka tidak dapat melaporkan pelanggaran tanpa takut dideportasi,” kata Obokata.
Komentarnya muncul setelah sekelompok pekerja pertanian Jamaika mengirim surat kepada menteri tenaga kerja negara itu pada Agustus tahun lalu yang menyamakan perlakuan mereka di dua pertanian di Ontario dengan “perbudakan sistematis”.
“Kami diperlakukan seperti keledai dan dihukum karena tidak bekerja cukup cepat,” kata mereka.
“Kami terpapar pestisida berbahaya tanpa perlindungan yang memadai, dan atasan kami melontarkan kata-kata kasar dan mengumpat kepada kami. Mereka mengintimidasi kami secara fisik, menghancurkan properti pribadi kami, dan mengancam akan memulangkan kami.”
Selama bertahun-tahun, para pembela hak asasi manusia telah meminta pemerintah Kanada untuk mengatasi permasalahan sistemik dalam program pekerja asing sementara, dengan alasan bahwa skema tersebut membuat pekerja rentan terhadap pelecehan dan hanya memiliki sedikit jalan untuk mendapatkan ganti rugi.
Antara 50.000 dan 60.000 pekerja pertanian asing datang ke Kanada setiap tahunnya dengan izin sementara untuk bekerja di berbagai sektor, mulai dari penanaman dan pemanenan buah-buahan dan sayuran hingga pengolahan daging.
Pekerja asing yang dibawa ke Kanada melalui Program Pekerja Pertanian Musiman (SAWP) – sebuah skema yang memungkinkan majikan Kanada untuk mempekerjakan pekerja migran sementara dari Meksiko dan 11 negara di Karibia – dapat memiliki pekerjaan hingga delapan bulan dalam setahun.
Namun para pekerja tersebut, yang sebagian besar telah datang ke Kanada selama beberapa dekade, mengatakan bahwa mereka terpaksa tinggal di perumahan yang padat dan di bawah standar, serta bekerja berjam-jam dalam kondisi yang tidak aman. Mereka juga mengatakan bahwa mereka menghadapi ancaman deportasi atau tindakan balasan lainnya jika mengajukan pengaduan.
Tahun lalu, kantor menteri ketenagakerjaan Kanada mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Ottawa pada 2021 menyisihkan $38,1 juta (52 juta dolar Kanada) selama tiga tahun untuk meningkatkan dukungan bagi pekerja migran dan berupaya memastikan semua pekerja terlindungi.
“Kami tahu bahwa pekerja asing sementara membutuhkan informasi yang lebih baik tentang hak-hak mereka, serta perlindungan kesehatan dan keselamatan yang lebih baik,” kata Menteri pada masa itu, Carla Qualtrough, dalam sebuah pernyataan.