TEMPO.CO, Jakarta - Para perwira militer di negara penghasil minyak Gabon mengatakan mereka telah merebut kekuasaan pada Rabu, 30 Agustus 2023, dan menempatkan Presiden Ali Bongo dalam tahanan rumah. Mereka juga telah menunjuk seorang pemimpin baru setelah badan pemilu negara Afrika Tengah tersebut mengumumkan bahwa Bongo telah memenangkan masa jabatannya yang ketiga.
Profil Ali Bongo
Ali Bongo, 64 tahun, dilahirkan dari dinasti penguasa, ia berjanji akan memulai yang baru sebelum menghadapi tuduhan korupsi dan pemilihan yang dicurangi. Bongo dilahirkan dengan nama Alain Bernard Bongo di Republik Kongo pada tahun 1959. Ia mengenyam pendidikan di sekolah dan universitas swasta di Prancis, mengembangkan cinta pada musik Amerika.
Pada tahun 1978, ia merilis "A Brand New Man", sebuah album funk solo berisi sembilan lagu dengan sampul yang menunjukkan Bongo mengenakan kemeja putih bergaya lebar yang terbuka di dadanya dan cincin emas di tangan yang terkepal.
"Dulu kira itu keren, melanggar semua aturan," ia melantunkan dalam lagu "I wanna stay with you".
Namun kemudian ia kembali ke Gabon untuk menduduki posisi senior di bawah ayahnya, termasuk sebagai menteri pertahanan dan luar negeri.
Janji Bongo terhadap Gabon
Kampanye Bongo untuk melestarikan hutan hujan dan gajah hutan yang memproduksi minyak di Gabon, yang menjadi landasan pemerintahannya sejak berkuasa pada tahun 2009, awalnya membangkitkan harapan bahwa ia mungkin membawa perubahan di wilayah yang dikuasai oleh otoritarian.
Namun citra tersebut meredup ketika lawan-lawannya menuduhnya melakukan kecurangan dalam pemilihan 2016 dan dengan brutal meredam protes setelahnya. Setelah mengalami stroke, kemampuannya untuk berkuasa dipertanyakan, memicu kudeta yang gagal pada tahun 2019 ketika ia pulih di Maroko.
Di mana kudeta itu gagal, intervensi militer terbaru mungkin akan mengakhiri salah satu dinasti politik pascakolonial terlama di Afrika yang dimulai ketika ayahnya, Omar, berkuasa pada tahun 1967.