TEMPO.CO, Jakarta - Dipaksa untuk melindungi anak-anak sekolahnya dari ancaman rudal supersonik Rusia yang ditembakkan dari jarak dekat, kota metropolitan Kharkiv di Ukraina timur telah membangun lusinan ruang kelas di stasiun metro agar beberapa siswa dapat kembali ke pembelajaran tatap muka.
Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, memiliki populasi lebih dari 1,4 juta jiwa sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022. Sebagian kota terletak kurang dari 32 mil dari perbatasan Rusia. Daerah pinggiran kota di bagian utaranya rusak akibat pertempuran.
Sekolah-sekolah di Kharkiv terpaksa melakukan pengajaran secara online selama perang karena beberapa rudal Rusia dapat mencapai kota tersebut dalam waktu kurang dari satu menit – tidak cukup waktu untuk berpindah dari banyak ruang kelas ke tempat penampungan.
Wali Kota Ihor Terekhov, Selasa, 29 Agustus 2023, mengatakan bahwa 60 ruang sekolah telah dibuat di stasiun metro Kharkiv menjelang tahun ajaran baru pada September, menciptakan ruang bagi lebih dari 1.000 anak untuk belajar secara tatap muka.
“Anak-anak akan bisa bersosialisasi satu sama lain, menemukan bahasa yang sama, berkomunikasi. Saya sangat mendukung ini,” kata Iryna Loboda, ibu dari seorang anak sekolah di luar stasiun metro di pusat kota tempat ruang kelas dibangun.
Ribuan Sekolah Hancur
Menurut laporan UNICEF, Selasa, lebih dari 1.300 sekolah hancur total di wilayah yang dikuasai pemerintah di Ukraina sejak invasi Rusia pada 2022 dan lainnya rusak parah.
Serangan yang terus-menerus berarti bahwa hanya sekitar sepertiga dari anak-anak usia sekolah yang menghadiri kelas secara langsung dan banyak yang melupakan apa yang telah mereka pelajari, kata laporan tersebut.
Di luar Ukraina, lebih dari separuh anak-anak yang keluarganya melarikan diri dari konflik ke tujuh negara tidak terdaftar dalam pendidikan nasional, kata UNICEF, dengan alasan kendala bahasa dan sistem pendidikan yang terlalu ketat.
Beberapa sekolah terkena serangan langsung dan lainnya ditutup sebagai tindakan pencegahan setelah 18 bulan serangan rudal Rusia dan artileri terhadap wilayah pemukiman di seluruh negeri.
“Di Ukraina, serangan terhadap sekolah terus berlanjut, menyebabkan anak-anak sangat tertekan dan tidak memiliki tempat yang aman untuk belajar,” katanya.
Perang tersebut terjadi setelah gangguan akibat Covid, yang berarti beberapa anak Ukraina menghadapi gangguan selama empat tahun berturut-turut saat mereka kembali bersekolah minggu ini setelah liburan musim panas, kata UNICEF.
“Hal ini tidak hanya membuat anak-anak Ukraina kesulitan untuk maju dalam pendidikan mereka, namun mereka juga kesulitan untuk mempertahankan apa yang mereka pelajari ketika sekolah mereka berfungsi penuh,” kata Regina De Dominicis, Direktur Regional UNICEF untuk Eropa dan Asia Tengah.
Sekitar separuh guru di Ukraina melaporkan penurunan kemampuan siswa dalam bahasa, membaca dan matematika, dan mereka kehilangan rasa aman dan persahabatan yang dapat diberikan sekolah kepada mereka yang mengalami perang.
REUTERS
Pilihan Editor: Seekor Singa Berkeliaran di Kota Karachi Pakistan Bikin Warga Panik