TEMPO.CO, Jakarta - Daerah Maui, Hawaii, pada Kamis, 24 Agustus 2023, menggugat Hawaiian Electric karena menuduh perusahaan listrik tersebut bertindak lalai dengan tidak mematikan peralatannya meskipun ada peringatan bahwa angin topan dapat merobohkan jaringan listrik dan memicu kebakaran hutan.
Pemerintah daerah mengatakan putusnya aliran listrik memicu kebakaran hutan yang menghancurkan kota bersejarah Lahaina awal bulan ini, menewaskan sedikitnya 115 orang dan membuat ratusan lainnya mengungsi.
Perusahaan listrik dan anak perusahaannya Maui Electric mempunyai kewajiban untuk mengelola saluran listrik dengan cara yang aman dan telah diperingatkan oleh Layanan Cuaca Nasional bahwa kondisi kebakaran hutan yang berbahaya telah terjadi sebelum kebakaran terjadi, kata pemerintah daerah tersebut.
Gugatan tersebut juga mengatakan beberapa laporan telah memperingatkan risiko kebakaran hutan Maui, dan perusahaan utilitas menyadari bahaya kebakaran di wilayah tersebut selama bulan-bulan musim panas ketika suhu tinggi, angin kencang, dan hanya ada sedikit kelembapan.
Kerugian yang “parah dan dahsyat” akibat kebakaran hutan “dapat dengan mudah dicegah” jika perusahaan utilitas menerapkan rencana untuk mematikan aliran listrik, kata pemerintah daerah.
Hawaiian Electric tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Gugatan yang diajukan di pengadilan negara bagian meminta ganti rugi dalam jumlah yang tidak ditentukan untuk mengkompensasi kerugian yang diderita daerah selama kebakaran, termasuk kerusakan properti dan biaya pemadaman kebakaran. Perkiraan awal kerugian yang ditimbulkan adalah sebesar $5 miliar untuk salah satu kebakaran yang terjadi di Lahaina.
Gugatan wilayah tersebut muncul setelah pemegang saham penyedia utilitas pada Kamis pagi mengajukan gugatan mereka sendiri ke pengadilan federal San Francisco, menuduh perusahaan tersebut gagal mengungkapkan informasi penting tentang pencegahan kebakaran hutan dan protokol keselamatannya.
Para pemegang saham mengklaim bahwa mereka menderita “kerugian dan kerusakan yang signifikan” karena “tindakan salah dan kelalaian perusahaan, dan penurunan tajam nilai pasar sekuritasnya,” menurut pengajuan pengadilan.
Saham perusahaan utilitas terbesar di Hawaii turun lebih dari 40% dalam seminggu. Perusahaan ini telah kehilangan lebih dari separuh nilai pasarnya sejak kebakaran hutan pada 8 Agustus.
Penyebab resmi kebakaran tersebut belum diketahui, namun perusahaan yang bermarkas di Honolulu tersebut telah disalahkan atas beberapa tuntutan hukum yang diajukan oleh para korban dalam beberapa hari terakhir.
REUTERS
Pilihan Editor: Foto Wajah Trump di Penjara Georgia Dirilis