TEMPO.CO, Jakarta - Polusi adalah pencemaran yang dapat merusak lingkungan dan kehidupan, dalam contoh kasus terbaru terkait kualitas udara Jakarta yang memburuk. Paling menonjol adalah pencemaran udara dan air.
Masyarakat di beberapa negara menghirup kualitas udara buruk, sehingga menjadikan polusi udara sebagai salah satu ancaman kesehatan yang perlu diwaspadai.
Banyak bentuk polusi udara dapat berdampak negatif yang luas dan bertahan lama terhadap kesehatan manusia, tumbuhan dan hewan, atau seluruh ekosistem.
Kemarin, Selasa 15 Agustus 2023, indeks kualitas udara di Jakarta berada di poin 113. Angka ini menempatkan Jakarta dalam sepuluh besar kota di dunia dengan kualitas udara terburuk. Indeks ini adalah data realtime yang terus berjalan dan bisa menurun sesuai dengan membaiknya kualitas udara di setiap kota.
Menurut data perusahaan teknologi kualitas udara Swiss, IQAir, Jakarta secara konsisten berada di jajaran 10 kota paling tercemar secara global sejak Mei lalu. Meskipun bukan nomor satu setiap hari dalam daftar kota paling tercemar IQAir, grafik kualitas udara secara historis menunjukkan DKI Jakarta konsisten berada di 10 teratas.
Berikut ini adalah daftar 5 kota yang memiliki kualitas udara terburuk di dunia versi IQAir pada Selasa, 15 Agustus 2023:
- Dhaka, Banglades 164
- Kuching, Malaysia 155
- Lahore, Pakistan 138
- Doha, Qatar 137
- Kolkata, India 132
Menurut data dari World Health Organization (WHO), polusi udara menyebabkan 7 juta kematian dini setiap tahun.
Polusi udara terutama dapat berkembang dari hasil bakar fosil seperti mobil, truk, pesawat terbang, kapal, pembangkit listrik dan pabrik berbahan bakar batu bara atau minyak. Termasuk, aktivitas yang melibatkan pembakaran kayu seperti produk tembakau, kompor dan oven, lilin, dan perapian. Nah, akankah kualitas udara Jakarta jeblok terus?
Pilihan editor: Rapat Bersama Jokowi, Heru Budi Sampaikan Langkah Perbaikan Kualitas Udara Jakarta