TEMPO.CO, Jakarta - Prancis akan segera mengevakuasi warganya dari Niger, kata kementerian luar negeri Prancis pada Selasa, 1 Agustus 2023, beberapa hari setelah junta menggulingkan Presiden Mohamed Bazoum dan merebut kekuasaan di negara Afrika barat itu.
Penggulingan Presiden Bazoum Rabu lalu - pengambilalihan militer ketujuh dalam waktu kurang dari tiga tahun di Afrika Barat dan Tengah - telah mengirimkan gelombang kejutan di seluruh wilayah, mengadu mantan sekutu Barat Niger dengan orang-orang seperti Rusia dan pemimpin junta lainnya di wilayah tersebut.
Bekas negara kolonial Prancis telah menempatkan pasukan di wilayah itu selama satu dekade untuk membantu melawan pemberontakan Islamis, tetapi beberapa penduduk setempat mengatakan mereka ingin mantan kolonial itu berhenti mencampuri urusan mereka.
Pada Minggu, para pendukung junta membakar bendera Prancis dan menyerang kedutaan Prancis di ibu kota Niger, Niamey, yang mendorong polisi menembakkan gas air mata sebagai tanggapan.
"Evakuasi sedang dipersiapkan. Itu akan terjadi segera," kata kementerian luar negeri, Selasa, 1 Agustus 2023.
Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna mengatakan kepada BFM TV pada Senin malam bahwa protes di depan kedutaan dan tuduhan berikutnya bahwa Prancis menembak kerumunan - yang disangkalnya - "memiliki semua unsur destabilisasi yang biasa, dengan cara Rusia-Afrika".
Yevgeny Prigozhin, kepala kelompok tentara bayaran Grup Wagner Rusia, pekan lalu menyambut kudeta Niger, dan mengatakan pasukannya tersedia untuk memulihkan ketertiban.
Kremlin, Senin, mengatakan bahwa situasi di Niger "menyebabkan keprihatinan serius" dan menyerukan agar segera kembali ke tatanan konstitusional.
Menurut situs web kementerian luar negeri Prancis, hanya ada kurang dari 1.200 warga negara Prancis di Niger pada 2022.
Kudeta tersebut menimbulkan kekhawatiran akan keamanan wilayah Sahel. Niger adalah penghasil uranium terbesar ketujuh di dunia, logam radioaktif yang banyak digunakan untuk energi nuklir dan pengobatan kanker.
Blok regional ECOWAS telah memberlakukan sanksi, termasuk penghentian semua transaksi keuangan dan pembekuan aset nasional, dan mengatakan dapat mengotorisasi kekuatan untuk mengembalikan Bazoum, yang masih terkunci di istananya.
Namun junta negara tetangga Burkina Faso, Mali dan Guinea semuanya menyuarakan dukungan mereka untuk pemimpin kudeta pada Senin.
REUTERS
Pilihan Editor: RI Kutuk Aksi Pembakaran Al Quran, Panggil Dubes Swedia di Jakarta