TEMPO.CO, Jakarta -Kelompok anti-Islam sayap kanan Denmark pada Selasa melakukan pembakaran Al Quran di depan kedutaan Turki dan Mesir di ibu kota Kopenhagen.
Kelompok Danske Patrioter melakukan aksi penghinaan yang memicu kecaman dari negara-negara Muslim di seluruh dunia itu.
Denmark juga mengecam insiden pembakaran tersebut dan menyebutnya "tindakan memalukan" yang tidak menghormati agama lain. Kementerian Luar Negeri mengatakan tindakan provokatif itu menyakiti banyak orang dan menciptakan perpecahan antara agama dan budaya.
"Denmark memiliki kebebasan beragama dan banyak warga Denmark yang Muslim. Mereka adalah bagian berharga dari masyarakat Denmark," cuit kementerian lewat Twitter.
Namun, pihak berwenang tidak melakukan tindakan terhadap mereka yang bertanggung jawab atas aksi tersebut.
Baca juga:
Sebagai tanggapan atas kecaman oleh Irak atas penodaan Al Quran yang terulang di depan kedutaan negara itu di Kopenhagen, Menteri Luar Negeri Lars Lokke Rasmussen berbicara dengan mitra Iraknya dalam "pembicaraan yang membangun", menurut cuitan kementerian.
“Kecaman DK berulang kali atas tindakan memalukan ini yang dilakukan oleh segelintir orang. Seraya menekankan bahwa semua protes harus tetap damai," kata Rasmussen.
Kementerian luar negeri Irak pada Senin meminta otoritas negara-negara Uni Eropa untuk "segera mempertimbangkan kembali apa yang disebut kebebasan berekspresi dan hak untuk berdemonstrasi" sehubungan dengan pembakaran Alquran.
Kementerian Luar Negeri Turki, Selasa, mengutuk keras "serangan berkelanjutan" terhadap Al-Qur’an. Dengan mengizinkan tindakan ini, otoritas Denmark tidak melihat "parahnya" akibat yang timbul. Turki, Senin, meminta Denmark mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah "kejahatan kebencian" terhadap Islam ini.
Adapun Kemlu Mesir pada Selasa memanggil kuasa usaha Swedia untuk mengutuk penodaan Al Quran.
Sementara itu di Swedia, seorang pria 31 tahun, yang sebelumnya meminta izin polisi untuk membakar Al Quran di depan Kedutaan Iran di Stockholm, membatalkan permintaannya.
Televisi negara Swedia SVT melaporkan bahwa pria itu mengatakan dia menyesal mengajukan izin karena dia "harus menghormati" Islam dan "meminta maaf kepada seluruh masyarakat Iran."
Denmark dan Swedia telah menyatakan bahwa mereka menyesalkan pembakaran kitab suci umat Islam itu tetapi tidak dapat mencegahnya karena ada aturan yang melindungi kebebasan berpendapat. Pekan lalu, pengunjuk rasa di Irak membakar kedutaan Swedia di Baghdad.
Dua insiden serupa telah terjadi di Swedia dalam sebulan ini.
Bahrain memanggil kuasa usaha Swedia dan menyerahkan surat protes resmi yang melarang pembakaran Al-Qur’an di Stockholm, kata kantor berita negara itu, Selasa, mengutip Kementerian Luar Negeri.
Kementerian Luar Negeri Irak, Senin, meminta otoritas negara-negara Uni Eropa untuk "segera mempertimbangkan kembali apa yang disebut kebebasan berpendapat dan hak untuk berdemonstrasi" sehubungan dengan pembakaran Al-Qur’an.
Pilihan Editor: Majelis Umum PBB Mengecam Segala Aksi Penodaan Tehadap Kitab Suci
REUTERS | ANADOLU