TEMPO.CO, Jakarta – Presiden Volodymyr Zelensky tidak akan mentolerir korupsi atau pengkhianatan dalam urusan negara, saat Ukraina berjuang untuk menemukan cara mempertahankan diri melawan penjajah Rusia.
Zelensky membuat seruan anti-korupsi dalam pidato video malamnya, menyusul dua kasus penting terungkap. Pertama penangkapan seorang pejabat rekrutmen militer yang dituduh melakukan penggelapan massal dan seorang anggota parlemen yang dituduh bekerja sama dengan Rusia.
Menurut Zelensky, ketika ada pihak yang susah payah untuk menggalang dukungan bagi Ukraina, para pejabat perlu merasakan kekuatan moral yang diberikan tentara kepada Ukraina.
"Tidak ada yang akan memaafkan anggota parlemen, hakim, pejabat militer, atau pejabat lainnya karena menempatkan diri sebagai oposisi terhadap negara,” katanya pada Selasa, 25 Juli 2023.
Presiden Ukraina pada bulan lalu mengumumkan rencana untuk mengaudit kantor wajib militer untuk mencoba memberantas korupsi. Tindakan itu adalah bagian dari kebijakan lama untuk membersihkan departemen militer dan pemerintah untuk menunjukkan kepada pendukung Ukraina Barat bahwa dia serius dalam menangani korupsi yang mengakar.
Langkah itu juga merupakan elemen utama dalam proses panjang mengamankan keanggotaan Uni Eropa, Zelensky menganggap, warga Ukraina biasa yang mendukung upaya perang sangat marah dengan praktik korupsi.
Pasukan Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022 dan sejak itu perang telah menewaskan ribuan warga sipil dan personel militer, jutaan orang terlantar, dan menghancurkan kota-kota Ukraina.
Zelenskiy, berbicara kepada anggota parlemen, mengatakan dia tidak akan lagi mentolerir mereka yang "karena keuntungan pribadi" menolak untuk mendukung undang-undang yang diperlukan Ukraina. Kyiv memulai kampanye panjangnya untuk mengamankan keanggotaan Uni Eropa.
"Saya tidak lagi ingin melihat penolakan seperti itu," katanya. "Tidak ada yang mau melihat itu. Ukraina tidak punya waktu lagi untuk itu."