TEMPO.CO, Jakarta - Taiwan sedang menyelidiki kemungkinan kebocoran dokumen resmi termasuk kawat diplomatik dan laporan rahasia tentang tawaran sensitif mereka untuk bergabung dengan pakta perdagangan global, demikian dilaporkan Reuters mengutip menurut dua pejabat yang mengetahui penyelidikan tersebut, Jumnat, 21 Juli 2023.
Seorang pejabat mengatakan temuan awal menunjukkan beberapa bagian dari dokumen, yang diposting di papan pesan online 8kun adalah asli, sementara bagian-bagiannya dipalsukan, tanpa memberikan perincian.
Pejabat kedua mengatakan sebagian dari dokumen itu tampaknya "asli" dan mereka tidak dapat segera menentukan asal dokumen yang dibagikan di internet tersebut.
Biro Keamanan Nasional Taiwan (NSB) mengonfirmasi penyelidikan terhadap "dokumen pemerintah yang dicurigai" yang baru-baru ini diposting secara online.
"Telah dicatat bahwa dokumen pemerintah yang dicurigai baru-baru ini beredar di internet, dan unit terkait sedang menyelidiki dan menangani sumber informasi tersebut," kata NSB kepada Reuters.
NSB juga mengatakan sedang menyelidiki apakah China, yang mengklaim Taiwan sebagai miliknya, terlibat dalam insiden itu.
Kementerian Luar Negeri China belum mengeluarkan pernyataan terkait masalah ini.
Insiden terjadi pada saat yang sulit bagi pulau itu, yang akan mengadakan pemilihan awal tahun depan dan berusaha untuk bergabung dengan pakta perdagangan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP) meskipun ada keberatan dari China yang juga ingin bergabung. .
Dokumen-dokumen yang diunggah secara online mencakup apa yang dimaksudkan untuk diklasifikasikan sebagai "penilaian keamanan" pada bulan Oktober oleh badan intelijen Taiwan, Biro Keamanan Nasional, atas upaya Taiwan bergabung dengan CPTPP.
Dokumen itu termasuk kawat diplomatik dari kedutaan de facto Taiwan di Jepang dan Vietnam tentang aplikasi CPTPP oleh China dan Taiwan, dan laporan rahasia lainnya tahun ini oleh kedutaan de facto Taiwan di Washington tentang negosiasi perdagangannya dengan Amerika Serikat.
Taiwan dan China sama-sama mendaftar pada 2021 untuk bergabung dengan CPTPP, pakta perdagangan antara 11 negara - Australia, Brunei, Kanada, Cile, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, dan Vietnam. Inggris juga akan bergabung.
Beijing mengatakan sangat menentang keanggotaan Taiwan karena Taiwan adalah bagian dari China dan oleh karena itu tidak memenuhi syarat untuk bergabung dengan badan internasional sendiri. Namun, Taiwan adalah anggota Organisasi Perdagangan Dunia, yang ditetapkan sebagai wilayah pabean terpisah yang disebut Taiwan, Penghu, Kinmen dan Matsu.
Taiwan dengan tegas menolak klaim kedaulatan China dan mengatakan hanya rakyat Taiwan yang dapat memutuskan masa depan mereka.
Pulau berpenduduk 23 juta orang ini semakin mengkhawatirkan peretasan dan serangan dunia maya saat bersiap untuk pemilihan presiden, Januari 2024.
Presiden Tsai Ing-wen, yang partai berkuasanya berusaha menghadang tantangan dari partai oposisi yang menjanjikan hubungan persahabatan dengan Beijing, telah berulang kali memperingatkan upaya China untuk mempengaruhi opini publik menjelang pemungutan suara.
REUTERS
Pilihan Editor Ukraina Nasionalisasi Bank Rusia, Zelensky: Demi Kepentingan Investor