TEMPO.CO, Jakarta - Pilot di skuadron Israel yang melakukan serangan udara Beirut yang menewaskan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah khawatir bila reformasi peradilan dapat menyebabkan personel militer dituntut atas kejahatan perang. Serangan udara besar-besaran pada Jumat lalu, yang menurut Israel menargetkan markas bawah tanah Hizbullah, menghancurkan empat bangunan tempat tinggal di pinggiran selatan ibu kota Lebanon, Dariyeh.
Dengan reformasi peradilan yang sedang diusulkan, pilot di Skuadron ke-69 sebelumnya memainkan peran kunci dalam protes terhadap pemerintah Israel pada Maret tahun lalu, dapat membuat personel militer menghadapi tuntutan di Mahkamah Kriminal Internasional. Sebanyak 37 dari 40 pilot cadangan skuadron mengatakan saat itu bahwa mereka tidak akan mengambil bagian dalam latihan
Prajurit cadangan senior menyatakan kekhawatiran bahwa reformasi hukum tersebut, dapat menyebabkan personel militer tunduk pada penyelidikan dan penuntutan atas kejahatan perang oleh Mahkamah Internasional atau ICC.
Protes yang diajukan para pilot tersebut menuai kecaman dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. “Penolakan untuk mengabdi mengancam fondasi keberadaan kami, karenanya hal itu tidak boleh mendapat tempat di jajaran kami.”
Menteri Pertahanan Yoav Gallant juga mengkritik para pilot tersebut. Adapun media Israel melaporkan bahwa kepala staf Israel, Letnan Jenderal Herzl Halevi, secara pribadi telah memberi tahu Netanyahu bahwa bahkan diskusi mengenai penolakan untuk bertugas dapat membahayakan kapasitas operasional militer.
Setelah pertemuan dengan komandan skuadron dan pejabat angkatan udara, para prajurit cadangan mengatakan mereka akan menghadiri latihan. "Kami memiliki kepercayaan penuh kepada komandan kami. Kami akan terus melayani Negara Yahudi dan demokratis Israel selama diperlukan," kata mereka dalam sebuah pernyataan.
Mengomentari pada hari Senin, Brigadir Jenderal Amichai Levine, komandan pangkalan udara Hatzerim, mengatakan bahwa sekitar setengah dari pilot yang ikut dalam serangan yang menewaskan Hassan Nasrallah adalah prajurit cadangan.
"Tidak seorang pun di Israel boleh meragukan kecintaan mereka terhadap negara ini, kesediaan mereka untuk mengorbankan nyawa, dan bahkan mempertaruhkan nyawa mereka untuk misi jarak dekat maupun jauh," ujarnya.
Levine mengatakan skuadron itu terus beroperasi secara intensif dan signifikan di Gaza. Serangan Israel awal pekan ini menghantam gedung sekolah dan panti asuhan yang menampung orang-orang terlantar, menurut kementerian kesehatan Palestina.
“Selama 11 bulan, mereka bersiaga, terbang sepanjang waktu, dan mereka akan terus bersiaga selama perang berlangsung,” kata Levine.
Lebih dari 1.000 orang telah tewas, menurut kementerian kesehatan Lebanon, sejak Israel meningkatkan serangan udara awal bulan ini. Selain korban tewas, lebih dari 1,2 juta orang yang merupakan seperempat dari populasi, telah mengungsi, menurut Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati.
MIDDLE EAST EYE
Pilihan editor: Kim Jong Un Ancam Gunakan Senjata Nuklir Jika Negaranya Diserang