TEMPO.CO, Jakarta - Partai Move Forward pemenang pemilu Thailand mengumumkan pada Jumat bahwa mereka membuka jalan bagi runner-up Pheu Thai untuk mencoba membentuk pemerintahan berikutnya, setelah tawaran pemimpinnya dua kali digagalkan bulan ini oleh Senat yang didukung militer.
Move Forward yang progresif dan populis Pheu Thai memiliki bagian terbesar dari kursi majelis rendah setelah mengalahkan konservatif, saingan yang didukung tentara dalam pemilihan 14 Mei, dalam penolakan yang jelas terhadap sembilan tahun pemerintahan yang didukung militer.
Kedua partai tersebut adalah bagian dari aliansi delapan partai yang telah mendukung pemimpin Move Forward, Pita Limjaroenrat yang berpendidikan di AS, untuk jabatan perdana menteri, sebelum lawan konservatif dan Senator memblokirnya dalam pemungutan suara parlemen 13 Juli, dan sekali lagi menahan pencalonannya kembali enam hari kemudian.
Ambisi Pita untuk menjadi pemimpin Thailand berikutnya juga dipatahkan oleh Mahkamah Konstitusi yang menerima dua kasus terhadapnya dalam waktu seminggu, termasuk penangguhan sementara sebagai anggota parlemen karena dugaan pelanggaran aturan pemilu, yang dia bantah.
"Jelas bahwa kekuatan konservatif - dari politisi, monopoli bisnis, dan institusi - mereka tidak akan membiarkan Move Forward menjadi pemerintah," kata sekretaris partai Chaithawat Tulathon dalam konferensi pers.
"Isu penting hari ini bukanlah apakah Pita bisa menjadi perdana menteri tetapi mengembalikan demokrasi ke Thailand ... kami akan memberikan kesempatan bagi negara dan membiarkan partai urutan kedua membentuk pemerintahan."
Pita mengatakan kepada Reuters, Selasa, bahwa dia menduga akan ada hambatan "yang telah direncanakan sebelumnya".