TEMPO.CO, Jakarta - UN Development Programme (UNDP) menerbitkan sebuah peringatan akan kondisi buruk negara-negara berkembang menyusul mandeknya pertemuan G20 di India saat membahas soal pengurangan utang. Sebelumnya pada akhir pekan lalu, PBB merinci ancaman utang publik yang membayangi dunia.
Delegasi G20 pada Senin, 17 Juli 2023, melakukan pertemuan di Gandhinagar, Gujarat - India, namun tak banyak kemajuan dari sejumlah diskusi yang dilakukan perihal restruturisasi utang negara-negara berkembang.
“Saya rasa garis bawahnya adalah sampai Juli 2023, masalah restrukturisasi utang tidak mengalami perkembangan sama sekali dalam sebuah skala untuk menyerukan dan dibutuhkan,” kata administrator UNDP Achim Steiner, yang menyebut situasi saat ini sebagai sebuah kuburan kekhawatiran.
Sebelumnya pada akhir pekan lalu Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan ada 52 negara yang tidak bisa mendapatkan pengurangan beban utang, bahkan mendekati default. Guterres mengatakan ada 3.3 miliar orang tinggal di negara-negara yang menghabiskan anggaran lebih besar untuk membayar bunga dari utang yang dipinjam ketimbang uang untuk membiayai kesehatan atau pendidikan.
“Ini lebih dari sebuah risiko sistemik, ini adalah sebuah kegagalan sistemik,” kata Guterres, Rabu, 12 Juli 2023.
Laporan UN Conference on Trade and Development (UNCTAD) secara spesifik menyebut setidaknya ada 19 negara berkembang yang menghabiskan uangnya hanya untuk membayar bunga pinjaman ketimbang untuk membiayai sektor pendidikan. Diketahui pula ada 45 negara yang menghabiskan anggaran pengeluaran untuk membayar bunga pinjaman ketimbang untuk membiayai sektor kesehatan. UNCTAD menyebut hampir 40 persen negara-negara di dunia mengalami masalah utang serius.
UNTAD secara spesifik mengkhawatirkan ketidak setaraan dalam sistem keuangan internasional dan membebani negara-negara berkembang secara tidak proporsional. UNTAD mencatat negara-negara di Afrika membayar bunga empat kali lebih banyak dari Amerika Serikat dan delapan kali lebih besar dari negara-negara kaya di Eropa. Restrukturisasi utang terbukti sulit karena 62 persen utang sekarang dipegang oleh kreditor swasta atau naik 47 persen dibanding satu dekade silam.
Sumber: RT.com
Pilihan Editor: Utang Luar Negeri Turun 1,7 Persen jadi USD 398,3 Miliar, BI: Terutama dari Sektor Swasta
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.