TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menegaskan bahwa lima butir konsensus yang disepakati oleh ASEAN masih menjadi pegangan utama dalam menyelesaikan krisis Myanmar, saat blok Asia tenggara bertemu di Jakarta pada Rabu, 12 Juli 2023.
“Implementasi 5PC harus tetap menjadi fokus ASEAN,” kata Retno pada retreat pertemuan menteri luar negeri ASEAN di Jakarta.
Yang dimaksud menteri adalah kesepakatan yang dicapai di Jakarta dua tahun lalu mencakup penghentian permusuhan, memungkinkan dialog inklusif, dan memberikan akses penuh ke bantuan kemanusiaan bagi Myanmar.
Myanmar dilanda ketidakstabilan politik dan ekonomi pasca-kudeta militer terhadap pemerintahan terpilih dari sipil pada 2021. Ratusan orang tewas dan ribuan orang ditangkap – terjadi penahanan sewenang-wenang, penghilangan paksa, serta penyiksaan yang meluas di Myanmar.
Perpecahan di antara negara-negara anggota masih membayangi ASEAN. Upaya Thailand pada bulan lalu untuk membujuk negara-negara tetangganya agar mau kembali berdialog dengan para jenderal penguasa di Myanmar, memicu polemik dan dikhawatirkan dapat merusak pendekatan ASEAN.
Menteri Luar Negeri Thailand Don Pramudwinai saat berada di Indonesia pada Selasa, membela inisiatif Bangkok untuk kembali menggandeng junta Myanmar dalam pertemuan dua hari di Pattaya itu.
Menurutnya, pembicaraan yang sudah tiga kali diselenggarakan Thailand dengan mengundang Tatmadaw, sesuai dengan kesepakatan para pemimpin ASEAN berdasarkan dokumen tinjauan dan keputusan implementasi konsensus.
Don merujuk pada artikel 14 dokumen yang dirilis usai KTT ASEAN 2022 di Phnom Penh, Kamboja, yang berbunyi “ASEAN akan mempertimbangkan untuk menjajaki pendekatan lain yang dapat mendukung pelaksanaan Konsensus Lima Poin”.
Di Retreat, Retno akan menyampaikan apa yang dilakukan Indonesia dalam menyelesaikan krisis Myanmar selama hampir tujuh bulan memegang keketuaan ASEAN, terutama tentang keterlibatan dengan semua pemangku kepentingan.
Kepemimpinan Indonesia sudah melibatkan semua pemangku kepentingan termasuk junta militer dan pemerintahan bayangan sipil atau NUG dalam menyelesaikan krisis di Myanmar.
Jakarta mendorong de-eskalasi kekerasan dan penghentian penggunaan senjata, serta mengusahakan pengiriman bantuan kemanusiaan ke wilayah yang membutuhkan.
Retno mengatakan engagement hanyalah sarana. Ia menganggap ini merupakan saatnya mendorong dialog di antara pihak-pihak di Myanmar, yang dia percaya akan mencapai solusi politik yang tahan lama.
Selain soal Myanmar, di Retreat kali ini para menteri luar negeri ASEAN juga akan mempersiapkan pertemuan Asia timur dan forum regional pada Jumat yang akan dihadiri oleh mitra wicara dan pemain kunci global seperti Amerika Serikat, Cina, dan Rusia.
“ASEAN harus tetap berada di kursi pengemudi dalam mengarungi tantangan geopolitik saat ini,” kata Retno.
Pilihan Editor: Malaysia Desak ASEAN Bersatu demi Stabilitas Laut Cina Selatan
DANIEL A. FAJRI