SERANGAN UDARA
Pertempuran yang meletus sejak 15 April di ibu kota Sudan, Khartoum, telah mendorong lebih dari 2,9 juta orang meninggalkan rumah mereka. Termasuk hampir 700.000 orang yang melarikan diri ke negara tetangga, banyak di antaranya berjuang melawan kemiskinan dan dampak konflik internal.
Lebih dari 255.000 telah menyeberang ke Mesir, menurut angka terbaru dari Organisasi Internasional untuk Migrasi.
Terjadi bentrokan pada Minggu antara tentara dan RSF di El Obeid, barat daya Khartoum, serta di selatan ibu kota, kata penduduk.
Pada Sabtu, kementerian kesehatan Sudan mengatakan serangan jet tempur di Omdurman, bagian dari ibu kota Sudan yang lebih luas, menyebabkan 22 orang tewas, sebuah insiden yang menuai kecaman dari Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Pada Minggu, tentara menolak bertanggung jawab atas serangan itu, dengan mengatakan bahwa angkatan udaranya tidak mencapai sasaran di Omdurman sehari sebelumnya. Militer balik menuding bahwa RSF telah membombardir daerah pemukiman dari darat pada saat jet tempur berada di langit sebelum menuduh tentara melakukan kesalahan menimbulkan korban sipil.
Tentara sangat bergantung pada serangan udara dan artileri berat untuk mencoba memukul mundur pasukan RSF yang tersebar di Khartoum, Omdurman dan Bahri, tiga kota yang membentuk ibu kota di sekitar pertemuan Sungai Nil.
Kekerasan juga berkobar di bagian lain Sudan termasuk wilayah barat Darfur, di mana penduduk mengatakan milisi dari suku Arab bersama dengan RSF telah menargetkan warga sipil atas dasar etnis mereka, menimbulkan kekhawatiran akan terulangnya kekejaman massal yang terlihat di wilayah tersebut. setelah tahun 2003.
Pilihan Editor: Idul Adha, Militer Sudan dan RSF Umumkan Gencatan Senjata Sepihak
REUTERS