TEMPO.CO, Jakarta - Tokoh oposisi Rusia Alexey Navalny mengatakan, Presiden Vladimir Putin patut disalahkan atas terjadinya pemberontakan oleh tentara bayaran Grup Wagner akhir pekan lalu.
Hal itu karena Putin memberikan izin bos Wagner, Yevgeny Prigozhin merekrut narapidana kriminal dengan imbalan janji pengampunan.
Karena itu, ia mengaku heran mengapa masih dianggap sebagai ancaman bagi Kremlin, menyusul pemberontakan tentara bayaran Grup Wagner.
Dalam tweet yang diposting oleh para pembantunya, Navalny mengatakan dia tidak diizinkan melakukan wawancara radio atau percakapan di penjara sejak 1 Juni 2023. Sejauh ini ia telah diadili atas tuduhan ekstremisme yang dapat membuatnya dipenjara selama beberapa dekade.
Navalny diberitahu oleh pengacaranya sendiri sebelum persidangan pada Selasa, 27 Juni 2023, soal pemberontakan Wagner yang merangsek ke Moskow.
"Saya terus menunggu jaksa tertawa terbahak-bahak dan berteriak: ‘itu semua lelucon, Anda seharusnya melihat wajah Anda, Navalny!’ Tapi dia benar-benar serius,” kata Navalny.
Navalny menjadi terkenal karena menjadi kritikus utama Presiden Vladimir Putin. Ia menuduh korupsi besar-besaran di negara itu. Menurutnya perang Rusia telah menimbulkan rasa sakit pada jutaan orang Ukraina yang tidak bersalah.
"Bukan Barat atau oposisi yang menembak jatuh helikopter Rusia di atas Rusia. Bukan Lembaga Anti Korupsi ACF yang membawa Rusia ke ambang perang saudara," katanya, merujuk insititusi yang didirikannya.
"Fakta bahwa perang Putin dapat menghancurkan Rusia bukan lagi seruan yang dramatis,” ujarnya menambahkan.
Navalny menjalani hukuman 11-1/2 tahun karena penipuan dan penghinaan terhadap pengadilan atas tuduhan yang menurutnya dibuat-buat untuk membungkamnya.
Dia sekarang diadili atas tuduhan termasuk pembentukan organisasi ekstremis dan membuat seruan publik untuk melakukan aktivitas ekstremis. Putin setuju bahwa para pemberontak tidak akan dituntut.
REUTERS
Pilihan Editor Polisi Swedia Izinkan Lagi Demo Bakar Al-Quran