Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perusahaan Senjata Internasional Siap Bangun Pabrik di Ukraina, tapi setelah Perang Usai

Reporter

Editor

Yudono Yanuar

image-gnews
Airbus VSR700, sistem udara tak berawak taktis (UAS), dipamerkan dalam acara International Paris Air Show ke-54 di Bandara Le Bourget dekat Paris, Prancis, 21 Juni 2023. REUTERS/Benoit Tessier
Airbus VSR700, sistem udara tak berawak taktis (UAS), dipamerkan dalam acara International Paris Air Show ke-54 di Bandara Le Bourget dekat Paris, Prancis, 21 Juni 2023. REUTERS/Benoit Tessier
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan pertahanan Barat tertarik untuk membangun pabrik senjata di Ukraina - tetapi setelah perang berakhir, demikian sejumlah eksekutif yang dihubungi oleh Reuters di Paris Airshow, Kamis, 22 Juni 2023.

Ukraina sangat ingin meningkatkan persenjataannya, dari drone dan amunisi hingga tank, saat berjuang untuk mengusir invasi Rusia, dengan mendirikan perusahaan senjata di dalam negeri. Mereka juga mencari peluang kerja dan menstabilkan ekonomi yang dirusak oleh perang.

Senin lalu, wakil menteri Ukraina mengatakan kepada Reuters bahwa Kyiv sedang dalam pembicaraan dengan perusahaan pertahanan di Jerman, Prancis, Italia, dan Eropa timur untuk berpotensi membuat senjata di Ukraina.

Tetapi eksekutif perusahaan pada pertemuan industri kedirgantaraan terbesar di dunia mengatakan saat ini terlalu banyak risiko.

“Anda hanya perlu memikirkan secara lebih luas, keadaan situasinya… dan risiko yang terkait dengan produksi bersama itu,” kata Greg Ulmer, yang memimpin bisnis aeronautika raksasa pertahanan AS Lockheed Martin tentang pendirian pabrik di Ukraina.

Perwakilan dari dua perusahaan pertahanan utama mengkonfirmasi bahwa mereka telah mendengar tentang inisiatif Ukraina, salah satunya menambahkan bahwa perusahaannya siap untuk menandatangani surat niat untuk membahas kemitraan industri di Ukraina setelah perang berakhir.

Tetapi tidak satu pun dari mereka yang diwawancarai menyatakan minat untuk berinvestasi secara langsung saat perang berkecamuk, dengan keamanan sebagai perhatian utama.

Rheinmetall Jerman mengatakan bulan lalu telah membentuk usaha patungan dengan konglomerat milik negara Ukraina Ukroboronprom untuk membangun dan memperbaiki tank di Ukraina.

Pada bulan Mei, Presiden Volodomyr Zelensky mengatakan Ukraina bekerja sama dengan BAE Systems Inggris mendirikan pangkalan Ukraina untuk memproduksi dan memperbaiki senjata dari tank hingga artileri.

Tetapi para eksekutif mencatat bahwa lokasi perbaikan lebih mudah diatur daripada jalur perakitan skala penuh.

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, sekutu dekat Presiden Vladimir Putin, mengatakan Rusia akan membalas dengan menyerang fasilitas apa pun yang didirikan Rheinmetall di Ukraina.

“Dibutuhkan waktu, seperti di negara mana pun, untuk mencoba dan mengevaluasi siapa mitra yang tepat, siapa yang dapat melakukan apa. Dan pada saat yang sama mereka sedang berperang – itu bukan tugas yang mudah,” kata Micael Johansson, CEO Saab Swedia.

Para pejabat Ukraina menolak mengomentari kekhawatiran perusahaan pertahanan atau mengatakan apakah mereka menawarkan asuransi atau insentif lain untuk investasi.

Perusahaan asuransi utama umumnya mengecualikan Ukraina dari polis, karena risikonya terlalu besar, meskipun Inggris dan Prancis mengatakan secara terpisah pada Rabu bahwa mereka sedang merencanakan mekanisme asuransi risiko perang untuk membantu pemulihan Ukraina.

Kementerian pertahanan di Inggris, Prancis, Jerman, dan Italia menolak mengomentari potensi produksi senjata di Ukraina.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kami berkomitmen untuk mendukung Ukraina ... termasuk upayanya untuk membangun kembali basis industrinya yang signifikan. Kami tidak memiliki informasi khusus atau tambahan untuk ditawarkan mengenai produksi bersama pertahanan saat ini," kata seorang pejabat senior di Departemen Pertahanan AS kepada Reuters .

Namun, banyak eksekutif melihat potensi peluang besar di Ukraina setelah konflik berakhir.

"Apa yang kami ketahui adalah bahwa ada tenaga kerja yang sangat terampil dari orang-orang yang ingin belajar, sangat banyak akal dan memiliki budaya menyelesaikan sesuatu," kata Ricardo Mendes, CEO perusahaan drone TEKEVER yang berbasis di Inggris dan Portugal.

TEKEVER tidak memiliki rencana konkrit untuk operasi pasca-perang, tetapi mengatakan bermaksud untuk "berinvestasi dan berkontribusi secara signifikan terhadap pengembangan basis industri pesawat tak berawak Ukraina".

Beberapa eksekutif memperingatkan peraturan yang ada dapat membatasi kemampuan perusahaan untuk bekerja sama dengan industri Ukraina bahkan setelah perang usai.

"Dalam hal produksi bersama, pemerintah AS melihat hal itu dengan sangat hati-hati ... dan selalu memastikan bahwa kami tidak sepenuhnya mentransfer semua pengetahuan teknis kepada mitra asing," kata Nicola Johnson, direktur senior urusan pemerintahan pembuat drone AS, General Atomics.

Tetapi mendapatkan ide di kepala eksekutif lebih awal bisa menjadi langkah yang cerdas, kata para analis. Jika perang berakhir tahun depan, strategi Ukraina dapat membantu memulai diskusi tentang pembangunan industri pertahanan di masa damai.

"Itu ide yang bagus. Hanya masalah waktu," kata Richard Aboulafia, seorang analis kedirgantaraan di AeroDynamic Advisories.

"Dalam jangka panjang, ini akan menjadi tujuan utama untuk membawa Ukraina ke dalam ekosistem industri Barat dan bahkan mungkin aliansi politik dan militer."

Namun, untuk saat ini, sebagian besar pabrikan ingin terus mendukung Ukraina dengan senjata dari jauh.

"Jangan pernah mengatakan tidak pernah, kan? Tapi saat ini fokusnya adalah (memastikan) bahwa mereka memiliki apa yang mereka butuhkan," kata Chris Calio, chief operating officer di RTX.

REUTERS

Pilihan Editor Suhu di Beijing Tembus 41 Derajat, Tertinggi sejak 1961

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Han Kang Tolak Konpers Soal Nobel Sastra karena Konflik Gaza dan Ukraina

11 jam lalu

Han Kang. Yonhap
Han Kang Tolak Konpers Soal Nobel Sastra karena Konflik Gaza dan Ukraina

Han Kang, penulis Korsel pemenang Hadiah Nobel Sastra 2024, menolak mengadakan konferensi pers akibat perang Ukraina-Rusia dan genosida Israel ke Gaza


Kementerian Pendidikan Ukraina Dukung RUU Larang Penggunaan Bahasa Rusia di Sekolah Negeri

13 jam lalu

Alisa Ustinova dari Kharkiv, berjalan selama pengenalan sekolah oleh seorang guru selama pertemuan sekolah di Sekolah Tadeusz Gajcy No. 58 di Warsawa, Polandia, 1 September 2022. REUTERS/Kacper Pempel
Kementerian Pendidikan Ukraina Dukung RUU Larang Penggunaan Bahasa Rusia di Sekolah Negeri

Sebagian besar warga negara Ukraina bisa berbahasa Rusia atau mengerti bahasa Ukraina dan bahasa Rusia.


Wakil Menteri Keuangan Amerika Serikat ke Inggris Bahas Pemanfaatan Aset Rusia yang Dibekukan

1 hari lalu

Ilustrasi: Rio Ari Seno
Wakil Menteri Keuangan Amerika Serikat ke Inggris Bahas Pemanfaatan Aset Rusia yang Dibekukan

Wakil Menteri Keuangan akan membahas dengan otoritas di Inggris sanksi baru ke Rusia dan bagaimana memanfaatkan aset-aset Rusia yang dibekukan


Hashim: Prabowo Akan Kirim 20.000 Mahasiswa Indonesia untuk Belajar STEM di Rusia

1 hari lalu

Menteri Pertahanan (Menhan) sekaligus Presiden Terpilih Prabowo Subianto (kiri) berbincang dengan Presiden Rusia Vladimir Putin saat pertemuan di Istana Kremlin, Moskow, Rusia, Rabu, 31 Juli 2024. Pertemuan tersebut membahas hubungan persahabatan jangka panjang dan dukungan historis yang diberikan Rusia kepada Indonesia. REUTERS/Maxim Shemetov/Pool
Hashim: Prabowo Akan Kirim 20.000 Mahasiswa Indonesia untuk Belajar STEM di Rusia

Hashim Djojohadukusumo mengatakan Prabowo Subianto akan memberikan beasiswa untuk 20.000 mahasiswa Indonesia agar belajar STEM di Rusia.


Hongaria Waswas Ukraina Gabung NATO Bisa Pecah Perang Dunia III

2 hari lalu

NATO atau North Atlantic Treaty Organization. shutterstock.com
Hongaria Waswas Ukraina Gabung NATO Bisa Pecah Perang Dunia III

Menteri Luar Negeri Hongaria memperingatkan masuknya Ukriana ke dalam NATO bisa memicu Perang Dunia III.


Konflik Rusia-Ukraina Masih Panas, NATO akan Mulai Latihan Senjata Nuklir Tahunan Pekan Depan

2 hari lalu

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg. REUTERS/Yves Herman
Konflik Rusia-Ukraina Masih Panas, NATO akan Mulai Latihan Senjata Nuklir Tahunan Pekan Depan

Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte menekankan pentingnya kesiapan dalam lanskap global yang semakin bergejolak selama kunjungannya ke London


Putin Resmi Tarik Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat, Siapa Penggantinya?

2 hari lalu

Anatoly Antonov. Lev Radin/Sipa USA
Putin Resmi Tarik Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat, Siapa Penggantinya?

Anatoly Antonov menjadi Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat sejak 2017


Rusia Puji Ketangguhan Hizbullah Meski Diserang Israel

3 hari lalu

Seorang tentara Israel membawa peluru di tengah permusuhan lintas batas antara Hizbullah dan Israel, di Israel utara, 7 Oktober 2024. REUTERS/Gil Eliyahu
Rusia Puji Ketangguhan Hizbullah Meski Diserang Israel

Rusia mengatakan HIzbullah tetap beroperasi seperti biasa di tengah gempuran Israel.


Putin Berulang Tahun ke-72, Terima Ucapan Selamat Bak Tsar Rusia

6 hari lalu

Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara dengan murid-murid selama pelajaran
Putin Berulang Tahun ke-72, Terima Ucapan Selamat Bak Tsar Rusia

Presiden Vladimir Putin berulang tahun ke-72 pada Senin 7 Oktober 2024. Ia telah menjadi pemimpin terpenting Rusia selama hampir seperempat abad.


Warga Negara Rusia di Israel Disarankan Segera Keluar Selagi Penerbangan Masih Ada

9 hari lalu

Ilustrasi penumpang pesawat. Freepik.com/Standret
Warga Negara Rusia di Israel Disarankan Segera Keluar Selagi Penerbangan Masih Ada

Duta Besar Rusia untuk Israel Anatoly Viktorov mendesak warga negara Rusia yang ada di Israel agar angkat kaki dari sana menyusul naiknya ketegangan