TEMPO.CO, Jakarta - Konflik ideologi turut mewarnai perlawanan Palestina dalam pendudukan Israel. Sejumlah ideologi turut menentang Zionisme yang dipegang pemerintah Israel. Salah satu ideologi tersebut adalah komunisme. Di Palestina, ideologi komunis bersatu dalam wadah Partai Komunis Palestina atau The Palestine Communist Party (PCP).
Pertamakali dibentuk tahun 1919, PCP dikenal sebagai salah satu partai politik yang aktif di wilayah Palestina. Partai ini berawal dari berkumpulnya imigran Yahudi yang memiliki pandangan komunisme yang kental. Aktivis sayap kiri Yahudi ini kemudian membentuk Partai Buruh Sosialis yang berafiliasi dengan Federasi Buruh Sayap Kiri Yahudi bernama Poale Tzion.
Partai ini kemudian mengajukan permohonan untuk bergabung dengan Komintern, organisasi komunis internasional yang menjadi tempat berhimpunnya partai komunis dari berbagai penjuru dunia.
Komintern kemudian menerima partai tersebut dengan syarat mengadopsi kebijakan "Arabisasi" dan mengubah namanya. Setelah perpecahan internal yang hebat, Partai Komunis Palestina (PCP) secara resmi didirikan pada 9 Juli 1923 dengan kepemimpinan yang menerima persyaratan Komintern.
Prinsip dan gerakan
Sejak didirikan, PCP dengan tegas menentang gerakan Zionis yang dilakukan pemerintah Israel. Mereka mengutuk kunjungan Lord Balfour ke Palestina dan secara aktif berpartisipasi dalam demonstrasi dan pemogokan.
PCP juga mendukung kemerdekaan Palestina dan kritis terhadap kebijakan peredaan terhadap Inggris. Di tingkat akar rumput, PCP mendorong pekerja Arab dan Yahudi untuk berjuang bersama demi keadilan sosial.
Mereka juga berupaya mengorganisir pekerja Arab dan meningkatkan kesadaran kelas mereka. Pada awalnya, mereka mengajak pekerja Yahudi bergabung dengan serikat pekerja yang berafiliasi dengan Histadrut untuk mengubahnya menjadi organisasi internasionalis.
Meskipun berhasil membentuk gerakan buruh Yahudi-Arab yang disebut Ehud, kontradiksi nasional antara pekerja Arab dan Yahudi tetap menjadi faktor dominan, dan mayoritas pekerja Yahudi tetap mendukung proyek Zionis.
Selain itu, PCP memberikan perhatian khusus pada masalah yang dialami petani Arab. Seperti diketahui, berbagai siasat penguasaan tanah oleh Zionis sering menyebabkan konflik antara petani Arab dan pemukim Yahudi. PCP berjuang untuk melindungi hak-hak petani Arab dan memperjuangkan tanah yang diambil dari mereka.
Dalam minggu terakhir bulan Agustus 1929, terjadi konfrontasi kekerasan antara warga Arab dan pemukim Yahudi di beberapa kota Palestina selama Gangguan al-Buraq/Tembok Barat. Pimpinan PCP yang mayoritas anggotanya adalah orang Yahudi, awalnya merespons negatif terhadap peristiwa tersebut.
Namun, Komite Eksekutif Komintern mengkritik posisi mereka dan menyalahkan mereka atas kegagalan mengikuti strategi Arabisasi dan fokus pada pekerja dan petani Arab. Beberapa kader komunis kebangsaan Arab yang belajar di Moskow dipanggil kembali ke Palestina.
PCP di Gaza
Nakba menghasilkan kehancuran Palestina dan penyebaran rakyat Palestina ke berbagai tempat dengan kondisi khusus. Akibatnya, Komunis Palestina dan anggota Liga Pembebasan Nasional terpaksa menjadi bagian dari organisasi yang berbeda.
Pada Oktober 1948, anggota liga yang dapat tinggal di wilayah-wilayah Israel yang baru terbentuk bergabung dengan Komunis Yahudi dan membentuk Partai Komunis Israel.
Pada Mei 1951, Partai Komunis Yordania dibentuk, yang menyatukan anggota liga yang berada di Tepi Barat dengan Marxis Yordania. Sementara itu, anggota liga yang berada di Jalur Gaza mendirikan Partai Komunis Palestina di Gaza pada Agustus 1953.
Hingga kini, aksi protes Partai Komunis Palestina kerap menjadi headline di berbagai media massa. Seperti pada insiden di Masjid Al-Aqsa pada Ramadan dua tahun lalu, Partai Komunis Palestina melakukan protes. Aksi mereka didukung juga oleh sesama partai berhaluan komunis dari negara-Timur Tengah dan sekitarnya sepreti Partai Komunis Mesir dan Partai Komunis Sudan.
Pilihan Editor: 5 Negara Komunis yang Dukung Palestina dari Penjajahan Israel