TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengusulkan solusi damai terhadap konflik dua negara Rusia – Ukraina pada Sabtu, 3 Juni 2023. Ia menyuarakan ide untuk menengahi gencatan senjata yang memuncak sejak 2022 lalu itu. Lantas, bagaimana bunyi langkah strategis yang disebut sebagai upaya diplomasi Indonesia untuk mengakhiri perang tersebut?
Usulan Prabowo terhadap Rusia-Ukraina
Ketua Umum (Ketum) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) itu mengundang para pejabat pemimpin lembaga pertahanan dan militer dari seluruh dunia untuk menghadiri pertemuan Dialog Shangri-La di Singapura. Prabowo menyerukan deklarasi yang bertujuan untuk menghentikan permusuhan Rusia dan Ukraina.
Ia menjabarkan multipoin rencana termasuk serangan amunisi dari kedua belah pihak dan membangun zona demiliterisasi dengan mundur sejauh 15 kilometer (kira-kira 10 mil) dari posisi depan masing-masing negara. Zona demiliterisasi harus diawasi oleh pasukan penjaga perdamaian yang dikirimkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Referendum PBB diadakan untuk memastikan objektivitas harapan mayoritas penduduk di wilayah bersengketa.
Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), demiliterisasi adalah proses militer yang berhenti, pembebasan dari sifat-sifat kemiliteran dan melepaskan kekuasaan atau pendudukan di suatu daerah. Sedangkan menurut jurnal.ugm.ac.id, demiliterisasi bertujuan untuk menghilangkan penindasan terhadap kelas sosial bawah tanpa membatasi ruang instrumen militer.
“Saya mengusulkan supaya Dialog Shangri-La ini menemukan modus yang tepat … deklarasi secara sukarela mendesak Ukraina dan Rusia untuk memulai negosiasi”, tegas Prabowo.
Diketahui, proposal Indonesia adalah hasil dari kunjungan Presiden Joko Widodo ke Moskow dan Kyiv pada akhir Juni 2022 lalu. Sebagai pemimpin negara, Jokowi menawarkan opsi sebagai perantara perdamaian dan menghidupkan kembali pembicaraan tentang penghentian konflik. Ia juga ditunjuk sebagai ketua kelompok ekonomi besar G20 waktu itu.
Pro Kontra Usulan Prabowo
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Rezkinov menolak gagasan Prabowo Subianto. Dilansir dari Al Arabiya dan dikutip dari AFP, Oleksii yang hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) atau International Institute for Strategic Studies (IISS) selama dua hari menyampaikan bahwa ide tersebut dianggap ‘aneh’.
“Kedengarannya seperti rencana Rusia, bukan dari Indonesia. Kami tidak membutuhkan mediator datang kepada kami dengan membawa rencana aneh ini”, katanya.
Lebih lanjut, juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Ukraina Oleg Nikolenko menuturkan bahwa turut menampik usulan itu. Menurutnya, seharusnya Rusia yang harus menarik pasukan dari daerah teritorial negara yang dipimpin oleh Volodymyr Zelenskyy tersebut.
Rusia dianggap melancarkan tindakan agresi, menduduki wilayah Ukraina, dan setiap proposal memberi kesempatan musuh untuk memperkuat diri. Sementara itu, perwakilan negara yang dikepalai Vladimir Putin menepis tuduhan Ukraina mengenai kejahatan perang dan genosida.
Selain dari negara yang terlibat perang, kritikan juga datang dari Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell Fontelles. “Kita harus membawa perdamaian, tetapi harus menjadi perdamaian yang adil, bukannya perdamaian dengan penyerahan”, jelasnya.
Berbeda pandangan, tawaran ide damai yang dicanangkan Prabowo Subianto, disebut merupakan hal konkret oleh salah satu pengajar di Universitas Paramadina Anton Aliabbas. Proposal itu dikatakan sudah jelas dan terukur dengan mudah.
“Gagasan Prabowo soal demiliterisasi, peran PBB, dan referendum bukan mengawang-awang, tapi jelas serta terukur”, terang Anton di Jakarta, pada Senin (05/06/2023).
Proposal yang dibawa menandakan Indonesia telah siap menjadi penengah konflik Rusia-Ukraina. Selain itu, pilihan yang diinginkan sebagai mediator juga berperan aktif untuk mendorong agenda perundingan.
“Namanya gagasan perdamaian, terkadang bersifat trial dan error serta pasti menimbulkan pro kontra. Namun tidak ada yang salah dengan itu (gagasan Prabowo), karena sebanyak apapun rencana yang ditawarkan, tidak akan mengakibatkan korban jiwa. Dan ide damai memang harus di-exercise”, tukas Anton.
Pilihan editor: Belgia Selidiki Laporan Ukraina Gunakan Senjatanya di Dalam Wilayah Rusia
MELYNDA DWI PUSPITA